Teacher Diarys Blogger

Post Top Ad

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mengumumkan kemerdekaannya melalui suatu pembacaan proklamasi. Pembacaan proklamasi ini menegaskan bahwa bangsa Indonesia sudah merdeka dan lepas dari tangan penjajah.

Namun, proklamasi kemerdekaan Ini mendapat respons dari dunia internasional dengan sikap yang berbeda-beda. Ada yang mendukung penuh terhadap proklamasi, Ada pula yang menentang proklamasi tersebut. hal ini juga sejalan dengan kebutuhan Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dunia internasional baik secara de facto maupun de jure.

bagaimana respon dunia internasional terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia dan bagaimana pula perjuangan bangsa Indonesia dalam mendapatkan pengakuan dunia internasional terhadap kemerdekaan yang telah diraih? jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat kamu temukan dalam pembahasan berikut. Ikutilah dengan seksama dan pelajarilah dengan sungguh-sungguh sungguh-sungguh agar kamu dapat memahami perjuangan para tokoh bangsa dalam mencapai pengakuan dunia internasional terhadap proklamasi kemerdekaan. Namun, sebelumnya selalu awalilah dengan membaca doa kepada Tuhan Yang Maha esa agar diberikan kemudahan dalam mempelajarinya.

Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia
pembacaan teks proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 diwarnai oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya. Dimulai dari pembentukan cuo sangi in, BPUPKI , PPKI, dilanjutkan dengan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda, peristiwa Rengasdengklok, hingga perumusan dan pembacaan naskah proklamasi.

1. Pembentukan Cuo sangi in, BPUPKI dan PPKI
Semakin terdesaknya Jepang pada perang dunia 2 membuat Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada negara jajahannya untuk menarik dukungan, seperti birma dan dan Filipina. Namun, dalam janji tersebut tidak disebutkan bahwa Indonesia akan mendapatkan kemerdekaan.

Hal ini menyebabkan insinyur Soekarno dan Drs. Moh. Hatta mengajukan protes dan memberikan ancaman tidak akan mendukung Jepang dalam perang Asia Timur Raya.

a. Cuo sangi in
Menanggapi ancaman ini, Jepang memberikan kebijaksanaan partisipasi politik dengan memberikan peran aktif kepada tokoh-tokoh Indonesia. Untuk itu, dibentuklah Cuo Sangi in Dan Cuo Sangi Kai berdasarkan Osamu seirei No. 36 dan 37. Adapun ketua Cuo Sangi in seusai pelantikan resmi pada 7 Oktober 1943 adalah Ir. Soekarno dengan dua orang wakilnya, antara lain R.M.A.A. Kusumo Utoyo dan dr.Buntaran martoatmojo.

Hal-hal yang perlu dibahas atau dirundingkan dalam Chuo sangi in, antara lain:
1). Pengembangan pemerintah militer,
2). Mempertinggi derajat rakyat,
3). Pendidikan dan penerangan,
4). Industri dan ekonomi,
5). Kemakmuran dan bantuan sosial, serta
6). Kesehatan.

b. Badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Walaupun Jepang telah memberikan janji kemerdekaan terhadap negara jajahannya, namun kondisi Jepang tetap semakin terdesak, terutama di wilayah nusantara. Hampir seluruh wilayah nusantara yang diduduki Jepang, seperti Ambon, Makassar, Manado, Surabaya, bahkan hingga Tarakan dan Balikpapan berhasil dikuasai sekutu.

semakin terdesaknya Jepang di nusantara membuat pemerintahan Jepang di jawa di bawah pimpinan kumakichi Harada membentuk badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)/dokuritsu junbi cosakai pada 1 Maret 1945. Pembentukan BPUPKI ini juga merupakan salah satu siasat Jepang guna menarik dukungan bangsa Indonesia.

Susunan pengurus BPUPKI terdiri dari seorang kaico (ketua), 2 orang fukai Co (ketua muda), dan 60 orang Lin (anggota). Adapun ketua BPUPKI adalah dr. K. R. T Rajiman Wediodinigrat, dengan wakil ketua ichibangase dan R. P. Suroso. BPUPKI diresmikan pada 28 Mei 1945.

Pembentukan BPUPKI ini memiliki maksud dan tujuan untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan negara Indonesia apabila suatu saat Indonesia mampu mencapai kemerdekaan. Untuk itu, BPUPKI menyelenggarakan 2 kali sidang.

Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan pada 29 Mei - 1 Juni 1945 yang membicarakan mengenai dasar dan falsafah negara. Dari sidang pertama ini, muncul pemikiran dan gagasan yang dicetuskan oleh Moh. Yamin, Dr. Supomo, dan Ir. Soekarno.

Moh. Yamin merumuskan dasar falsafah negara dengan lima sila, yaitu:
1). Peri kebangsaan.
2). Peri kemanusiaan.
3). Peri ketuhanan.
4). Peri kerakyatan.
5). Kesejahteraan rakyat.

Adapun Dr. Soepomo merumuskan lima sila, yaitu:
1). Persatuan.
2). Kekeluargaan.
3). Keseimbangan lahir dan batin.
4). Musyawarah.
5). Keadilan rakyat Titi

Selain moh. Yamin dan dan Dr. Soepomo, Ir. Soekarno juga memberikan an-naml pandangannya mengenai dasar atau falsafah negara. Dasar atau falsafah dari Ir. Soekarno dikenal pula dengan nama Pancasila.
1). Kebangsaan Indonesia.
2). Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
3). Mufakat atau demokrasi.
4). Kesejahteraan sosial..
5). Ketuhanan Yang Maha esa. 

Sidang BPUPKI I berakhir pada 1 Juni 1945 dan ditindaklanjuti dengan panitia sembilan dengan ketuanya, yaitu itu Ir. Soekarno. Adapun anggota panitia sembilan, terdiri atas Moh. Hatta, Moh. Yamin, Ahmad Subarjo, dr. A. A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasyim, H. Agus Salim, Dan Abikusno Cokrosuyoso.

Dari panitia sembilan Ini lahirlah piagam Jakarta (Jakarta Charter) .  Pada 22 Juni 1945 yang berisi, antara lain rumusan dasar negara sebagai berikut.
1). Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2). Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3). Persatuan Indonesia.
4). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5). Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada 10-17 Juli 1945, BPUPKI kembali menggelar sidang. Pada sidang kali ini dibahas rancangan undang-undang dasar (UUD) yang panitianya diketuai oleh Ir. Soekarno.

Pada sidang kedua ini juga dibentuk panitia kecil untuk merumuskan rancangan UUD dengan pasal-pasalnya. Panitia kecil ini diketuai oleh Mr. Soepomo.

Sidang secara bulat memilih bentuk republik sebagai bentuk negara cara dan pada 11 Juli 1945 secara bulat menerima piagam Jakarta sebagai pembukaan UUD. pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI melanjutkan sidang untuk menerima laporan dari panitia perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno. Adapun laporan ini memuat beberapa hal penting, yaitu:
1). Pernyataan Indonesia merdeka.
2). Pembukaan UUD (diambil dari piagam Jakarta).
3). Batang tubuh UUD.

Setelah semua permasalahan yang dianggap mendesak telah selesai dibicarakan, maka pada tanggal 18 Juli 1945 ketua BPUPKI melaporkan hasilnya kepada pemerintahan Jepang. Dengan demikian berakhirlah tugas BPUPKI. Tindak lanjut dan pembubaran BPUPKI ini adalah dengan membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI).

c. Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Setelah dibubarkannya BPUPKI, Jepang kemudian membentuk PPKI atau panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. PPKI diresmikan pada 7 Agustus 1945 PPKI berjumlah 21 orang yang semuanya orang Indonesia dari berbagai daerah, yaitu Jawa (12 orang), Sumatera 3( orang), Sulawesi (2 orang), Kalimantan (1 orang), Sunda kecil (1 orang), Maluku (1 orang), dan golongan Cina (1 orang).

Adapun PPKI diketuai oleh Ir Soekarno dan Moh Hatta sebagai wakilnya. Para anggota PPKI diizinkan melakukan kegiatannya, namun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1). Dalam mencapai kemerdekaan, bangsa Indonesia harus menyelesaikan perang yang sekarang sedang dihadapi. Bangsa Indonesia harus menyerahkan kekuatan sebesar-besarnya, bersama-sama dengan pemerintah Jepang dalam memenangkan perang Asia Timur Raya.
2). negara Indonesia yang akan dibentuk merupakan anggota lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya. Cita-cita bangsa Indonesia harus selaras dengan cita-cita pemerintahan Jepang.

Pada 9 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Rajiman wedyodiningrat dipanggil oleh jenderal TeraUchi untuk pergi ke Dalat, Vietnam Selatan. Di Dalat, jenderal terauchi menegaskan bahwa wa ke pemerintahan kemaharajaan Jepang memutuskan untuk menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Jepang juga menjanjikan untuk memberikan seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

Pada 14 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan radjiman wedyodiningrat kembali ke Jakarta. ketika kembali, kondisi Jepang sendiri telah lumpuh karena pada 9 Agustus 1945 kota Nagasaki dibom atom oleh Amerika serikat. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

2. Perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda
Berita kekalahan ini telah diketahui oleh beberapa tokoh tanah air sehingga menimbulkan ide untuk segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa menunggu keputusan Jepang. Timbulnya Ide ini terjadi di antara golongan muda. Salah satu tokoh yang paling sering mendesak soekarno-hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang adalah Sutan Sjahrir.

Akan tetapi, ide yang dicetuskan oleh golongan muda di tentang golongan tua. Golongan tua berpendapat bahwa Jepang belum tentu kalah sekalipun berita menyerahnya Jepang kepada sekutu telah didengar oleh golongan muda, karena mereka baru saja bertemu dengan jenderal terauchi. Selain itu, golongan tua berpendapat bahwa segala hal mengenai kemerdekaan sebaiknya dibicarakan pada saat rapat PPKI agar tidak melenceng dari ketentuan Jepang.

penolakan golongan tua ini membuat golongan muda mengadakan rapat yang dilaksanakan di lembaga bakteriologi, Pegangsaan Timur, Jakarta (sekarang dikenal dengan fakultas kesehatan masyarakat universitas Indonesia). keputusan rapat ini menegaskan bahwa urusan kemerdekaan Indonesia merupakan urusan internal bangsa Indonesia sendiri, tidak perlu menggantungkan hal tersebut kepada orang lain. oleh karena itulah, segala hal yang berkaitan dengan Jepang harus dihapuskan dan tidak perlu dijalankan.

Hasil rapat ini kemudian dibicarakan dengan Soekarno di kediamannya di Pegangsaan Timur. Perwakilan golongan muda adalah wikana dan Darwis. hasil rapat ini membuat Soekarno marah dan terjadi ketegangan antara golongan muda yang diwakilkan wikana dan Darwis dengan Soekarno. Soekarno tetap kepada pendiriannya untuk melaksanakan kemerdekaan melalui PPKI.

Dalam pembicaraan antara wikana Darwis dan Soekarno ini terdapat pula tokoh-tokoh nasionalis golongan tua, seperti Moh Hatta, Iwa Kusuma Sumantri, Damai, Buntaran Martoatmojo, Sudiro, dan Ahmad Subarjo Titi

3. Peristiwa Rengasdengklok
ketika hasil pertemuan antara wikana dan Darwis dengan Soekarno mengalami kebuntuan, ditambah dengan kuatnya pendirian golongan tua untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui rapat PPKI membuat golongan muda berpikir bahwa golongan tua telah dipengaruhi oleh Jepang.

oleh karena itu, golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24:00 WIB menjelang 16 Agustus 1945 titik rapat ini menghasilkan keputusan bahwa Soekarno dan Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang titik adapun cara pengamanan tersebut adalah dengan membawa Soekarno Hatta ke Rengasdengklok oleh Sukarni, Yusuf Kunto, dan shudanco Singgih.

rangesdengklok sendiri merupakan sebuah kota kecil yang terletak di sebelah utara Karawang. Tempat ini dipilih sesuai dengan perhitungan militer. Antara Saidan PETA Purwakarta dengan Daidan Jakarta telah terjalin hubungan erat ketika melakukan kegiatan bersama. Selain itu, dari Rengasdengklok dapat dengan mudah melakukan deteksi setiap gerakan Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, ataupun Jawa tengah.

peristiwa ini membuat tokoh golongan tua, yaitu Ahmad Subarjo cemas karena pada tanggal 16 Agustus 1945 akan diadakan sidang pertama PPKI, namun dengan tidak adanya ketua dan wakil ketua PPKI otomatis sidang tidak akan berjalan.

Ahmad Soebardjo lalu membuat kesepakatan dengan wikana agar proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di Jakarta. Untuk itu, Ahmad Subarjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok dan mampu membujuk komandan peta subeno untuk melepaskan Soekarno Hatta. Ahmad Subarjo menekankan bahwa proklamasi harus dilakukan di Jakarta dan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB dengan hanya sebagai jaminan.

4. Perumusan dan pembacaan naskah proklamasi
Malam hari pukul 23. 00 WIB tanggal 16 Januari 1945, soekarno-hatta beserta rombongan telah tiba di Jakarta dan langsung menuju rumah Laksamana Maeda sebelumnya, soekarno-hatta telah bertemu dengan Mayor jenderal nishimura untuk membicarakan lebih jauh mengenai kemerdekaan Indonesia, namun pembicaraan ini mencapai kebuntuan. hingga pada akhirnya, diambil keputusan bahwa tidak ada gunanya untuk membicarakan kemerdekaan dengan Jepang.

Di rumah Laksamana Maeda, proklamasi dirumuskan dengan Ir Soekarno menuliskan pada secarik kertas serta harta dan Subarjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Dari pemikiran ini diperoleh konsep proklamasi sebagai berikut.

Proklamasi
kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia
hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

DJakarta, 17-08-45
Wakil-wakil bangsa Indonesia,

kalimat pertama merupakan saran dari Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan dokuritsu junbi cosakai, sedangkan kalimat terakhir merupakan pemikiran dari Moh Hatta. Perumusan ini disaksikan oleh Sukarni, Mbah Diro, B.M. Diah.

Setelah rumusan teks selesai, timbul permasalahan siapa yang akan menandatangani nya. Soekarno menyarankan agar seluruh yang hadir pada saat perumusan yang menandatangani proklamasi tersebut. Namun, golongan muda tidak menyetujui hal tersebut, karena sebagian besar yang ada adalah anggota PPKI dan PPKI merupakan buatan Jepang. ditengah permasalahan tersebut, Sukarni memberikan usul agar Soekarno Hatta saja yang menandatanganinya sebagai wakil dari bangsa Indonesia. Usulan ini pada akhirnya dapat diterima oleh seluruh tokoh yang hadir.

langkah selanjutnya adalah naskah proklamasi diberikan kepada Sayuti Malik untuk mengetik konsep teks proklamasi dengan beberapa perubahan, seperti:
a. Kata "tempoh" diubah menjadi Tempo.
b. Wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".
c. Tulisan "Djakarta, 17-08-45" diubah menjadi Jakarta, hari 17 boelan 8 tahun 45.

pada awalnya, pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di lapangan ikada Gambir, namun dikhawatirkan akan memancing bentrokan dengan patroli Jepang, maka diubah di kediaman Soekarno. Jl. Pegangsaan Timur no. Dimana Jakarta. Besoknya, pada 17 Agustus 1945, persiapan untuk pembacaan proklamasi telah disiapkan.

setelah Soekarno Hatta berkumpul, mereka berjalan ke tempat yang telah disediakan. kemudian Ir. Soekarno dengan dengan ditemani Drs. Moh. Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad