Teacher Diarys Blogger

Post Top Ad

METODE PENETAPAN HARGA POKOK PESANAN DAN PENCATATAN AKUNTANSINYA

Kegiatan produksi dalam suatu perusanaan ada yang dilakukan sesuai dengan pesanan yang diterima dani pembeli atau pemben penntan kerja dan ada yang dilakukan sesuai dengan proses produksi yang telah dirancang sebelumnya. Produksi yang dilakukan sesuai dengan keinginan pemesan mernupakan produksi pesanan, sedangkan produksi yang dilakukan secara terus menerus sesuai dengan suatu jenis dan proses produksi yang sama merupakan produksi massal.

Produksi yang dilakukan sesuai dengan keinginan pemesan misalnya dalam produksi mebel, perusahaan konstruksi dan perusahaan lain yang hanya berproduksi berdasarkan pesanan yang diterimanya. Barang yang dikerjakan dapat merupakan pesanan dani pembeli maupun pesanan darn dalam perusahaan sendiri untuk persediaan.

Produksi yang dilakukan secara massal dan terus menerus sebagai suatu proses produksi yang berkesinambungan, misalnya terjadi dalam industri deterjen, makanan dan minuman, kimia, dan sebagainya. Karena sifat produksinya berbeda, keduanya memerlukan kalkulasi biaya yang berbeda.

METODE PENETAPAN HARGA POKOK PESANAN DAN PENCATATAN AKUNTANSINYA

Seperti telah dikemukakan, perhitungan biaya produksi pesanan diterapkan untuk produksi dengan spesifikasi khusus sesuai dengan keinginan pemesan. Produksi baru dilakukan setelah pesanan diterima. Tujuan akhir dari perhitungan biaya produksi pesanan adalah untuk menentukan harga pokok atau biaya produksi untuk setiap pekerjaan pesanan (order kerja) yang ditangani perusahaan.

Setiap pekerjaan pesanan, yang masing-masing memiliki spesifikasi tertentu, dapat dibedakan menurut nama langganan, jenis atau ukuran dari barang yang diproduksi. Untuk menentukan biaya atau harga pokok produksi dari pesanan yang dikerjakan, untuk setiap pekerjaan pesanan disediakan catatan biaya yang terpisah dalam Kartu Harga Pokok Pekerjaan Pesanan. Setiap elemen biaya manufaktur, bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang berhubungan dengan pekerjaan pesanan diakumulasikan secara terpisah dalam kartu harga pokok tersebut.

Kumpulan kartu harga pokok pekerjaan pesanan ini pada hakekatnya menupakan buku tambahan dari perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian dalam buku besar. Jumlah saldo-saldo yang terdapat dalam kartu harga pokok pada suatu saat tertentu harus sama dengan saldo perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian pada saat yang sama. Setiap ayat jurnal yang dicatat dalam perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian didukung oleh pencatatan yang dilakukan secara terinci dalam kartu-kartu harga pokok.

1. PENGERTIAN HARGA POKOK PESANAN
Metode harga pokok pesanan dan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan metode ini adalah menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk persatuan.

Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. pada pengumpulan harga pokok pesanan, di mana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya.

2. KARAKTERISTIK BIAYA PESANAN
  • Sifat produksi yang terputus-putus tergantung pada pesanan yang diterima
  • Bentuk produk tergantung dari spesifikasi pemesan
  • Pengumpulan biaya produksi dilakukan pada kartu biaya pesanan, yang memuat terinci untuk masing-masing pesanan.
  • Total biaya produksi dikalkulasi setelah pesanan selesai.
  • Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan
  • Akumulasi biaya umumnya menggunakan biaya normal
  • Produk yang sudah selesai langsung diserahkan pada pemesan

3. SYARAT PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN
Menurut Mulyadi dalam buku akuntansi biaya terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan harga pokok pesanan, yaitu:
  • Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya dengan jelas dan harus dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individu
  • Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan yaitu biaya produksi langsung yang terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
  • Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung pada perusahaan sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan pada pemesan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan dimuka.
  • Harga pokok setiap pesanan ditentukan setiap selesai pengerjaan
  • Harga pokok per satuan produk dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait.
4. PENGUMPULAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN
Pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode ini dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini
  • Mencatat biaya bahan baku dan biaya bahan penolong
Prosedur pencatatan pembelian bahan baku dengan jurnal
Persediaan bahan (debit) 
        utang/kas (kredit)
Prosedur pemakaian bahan baku dengan menggunakan metode mutasi persediaan. pada setiap pemakaian bahan baku harus diketahui pesan dan mana yang menggunakannya, dengan jurnal.
BDP- BBB (debit) 
            Persediaan bahan (kredit)
Contoh:
Pembelian Bahan
        Selama bulan Mei 2000 Pabrik Sepatu wijaya membeli bahan-bahan berikut dari PT.Semar:

        50 feet kulit grade A @Rp20.000           = Rp1.000.000,00
        80 feet kulit grade B @Rp15.000           = Rp1.200.000,00
               Total Bahan Baku                          = Rp2.200.000,00
        10 gulung benang @Rp4.000                 = Rp      40.000,00
          2 kaleng lem @Rp4,000                       = Rp      80.000,00
                Total Bahan Penolong                   = Rp   120.000,00
Jumlah Utang  = Rp2.200.000+Rp120.000=2.320.000        

seperti biasa transaksi ini dicatat dalam jurnal pembelian atau Regsiter Voucher. Dalam bentuk ayat jurnal umum, pembelian ini diacatat sebagai berikut:

31 Mei        Persediaan Bahan Baku            Rp2.200.000
                    Persediaan bahan Penolong      Rp  120.000   
                            Utang Usaha                                        Rp2.320.000

Pemakaian Bahan
        Selama bulan Mei 2000 telah dipakai bahan-bahan berikut untuk produksi bulan mei 2000:
        Pesanan no.121 dari Toko sepatu Gapura:
        200 feet kulit Grade A@Rp20.000            = Rp   400.000
          40 feet Kulit grade B @Rp15.000           = Rp   600.000
                          Jumlah                                     = Rp1.000.000 
        Pesanan no.122 dari Toko sepatu Berlian:
          25 feet kulit Grade A@Rp20.000            = Rp   500.000
        Pesanan no.121 dari Toko sepatu Gapura:
          40 feet kulit Grade B@Rp15.000            = Rp   400.000
                Total Bahan Langsung                     =Rp2.100.000

        6 gulung benag @Rp4.000                        = Rp       24.000
        2 kaleng lem @Rp40.000                          = Rp       80.000
                Total Bahan tidak Langsung          = Rp     104.000
                Total Pemakaian Bahan                  = Rp 2.204.000

Pemakaian bahan untuk keperluan produksi dicatat dalam jurnal umum atau jurnal pemakaian bahan. dalam bentuk ayat jurnal umum pemakaian bahan ini dicatat sebagai berikut:

31 Mei    BDP-BBB                            Rp2.100.000
                    Persediaan Bahan Baku               Rp2.100.000
               BOP yang sesungguhnya     Rp    104.000
                        Persediaan Bahan Penolong    Rp   104.000
  • Mencatat biaya tenaga kerja langsung
Ada dua macam jam kerja yang perlu dikumpulkan yaitu jam kerja total selama periode kerja tertentu, dan jam kerja yang digunakan untuk mengerjakan setiap pesanan. Untuk mengumpulkan informasi jam kerja yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan Daftar upah maka perusahaan harus membuat kartu hadir untuk masing-masing karyawan untuk mencatat jam kerja karyawan dan dalam menyelesaikan pesanan, jurnal untuk pembagian upah adalah:

👉Mencatata gaji dan Upah yang harus dibayar
Gaji dan Upah (Debit)
        Utang Gaji dan Upah (Kredit0
        Utang PPh (Kredit)
👉Mencatat Alokasi gaji dan upah
BDP-BTKL (Debit) 
BOP yang sesungguhnya (Debit)
Beban gaji bagian.....(Debit)
        Gaji dan upah (kredit)
👉Membayar penyerahan gaji dan penyerahan PPh
Utang gaji dan Upah (Debit)
Utang PPh (Debit)
    Kas (Kredit)
Contoh:
Pembayaran Upah dan Gaji
    Selama bulan Mei 2000 telah dibayar upah dan gaji pegawai pabrik sebesar Rp1.875.000
Terjadinya biaya tenaga kerja ini ynag dianggap langsung dibayar dicatat dalam jurnal pengeluaran kas dalam register vaoucher dan Register cek. Dalam bentuk ayat jurnal umum, pembayaran uapah dan gaji ini dicatat sebagai berikut:

31 Mei        Upah dan gaji         Rp1.875.000
                            Kas                                        Rp1.875.000

Pembebanan Biaya Tenaga Kerja
    Upah dan gaji pabrik bulan mei dialokasikan sebagai berikut:
    Tenaga Langsung:
        Pesanan No.121                    Rp   820.000
        Pesanan No.122                    Rp   600.000
        Pesanan No.123                    Rp   350.000
    Total Tenaga langsung           Rp1.770.000
    Total Tenaga tidak langsung Rp   105.000
    Total Gaji dan Upah              Rp1.875.000

Transaksi ini dicatat dalam jurnal umum dan jurnal Pendistribusian Upah dan gaji. Dalam Bentuk ayat jurnal umum pembebanan gaji dan upah dicatat sebagai berikut:

31 Mei    BDP-BTKL                                        Rp1.770.000
                BOP yang Sesungguhnya (BTKTL)  Rp   105.000
                            Gaji dan Upah                                                Rp1.875.000
  • Mencatat biaya overhead pabrik
dalam metode ini, BOP atau biaya overhead pabrik harus dikenakan pada tiap pesanan menurut tarif yang ditentukan dimuka titik yang terjadi selama periode 1 tahun dikumpulkan kemudian di akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan pada produk atas dasar tarif pencatatan bop yang dibebankan kepada produk. Jurnal penutupan rekening BOP yang dibebankan adalah:
BOP dibebankan (Debit) 
        BOP sesungguhnya (Kredit)

Pencatatan BOP yang sesungguhnya adalah:
1. Pemakaian bahan penolong (Contoh ada pada point 1)
BOP sesungguhnya (Debit)
        Persediaan bahan penolong (Kredit)
2. Pencatatan biaya tenaga kerja tidak langsung (Contoh ada pada point 2)
BOP sesungguhnya (Debit)
        Gaji dan upah (Kredit)

3. Pembebanan Overhead Pabrik

BDP-BOP (Debit)
        BOP yang dibebankan (Kredit)

Contoh:

    Overhead pabrik dibebankan ke produksi sebesar 50% dari baiay tenaga kerjal langsung. Pembebanan overhead pabrik kedalam produksi dicatat dalam jurnal umum. Jumlah overhead pabrik  yang dibebankan dalan bulan Mei 2000 dihitung sebagai berikut:

        Tenaga Langsug no.121            Rp   820.000
        Tenaga Langsung no.122          Rp   600.000
        Tenaga Langsung no. 123         Rp   350.000
        Jumlah tenaga langsung         Rp1.1770.000

Overhead yang dibebankan ke produksi adalah 50% dari Rp1.1770.000 = Rp885.000. Ayat jurnal umum untuk mencatat pembebanan ini adalah sebagai berikut:

31 Mei         BDP-BOP                         Rp885.000
                        BOP yang dibebankan         Rp885.000
  • Mencatat produk selesai
Biaya produksi yang terdapat dalam kartu harga pokok dijumlahkan dan dikeluarkan dari rekening barang dalam proses dengan jurnal:
Produk jadi (Debit)
        BDP-BBB (Kredit)
        BDP-BBB (Kredit)
        BDP-BBB (Kredit)

Contoh: 

Pesanan no.121 dan no.122 setelah selesai dikerjakan. Harga poko masing-masing seperti yang tercantum dalam kartu harag pokok dapat diringkas sebagai berikut:

        Pesanan no.121 dari Toko Sepatu Gapura:
        Bahan langsung            =Rp1.000.000
        Tenaga Langsung         =Rp   820.000
        OverheadPabrik            =Rp  410.000
        Total                             =Rp2.230.000

        Pesanan no.122 dari Toko Sepatu Berlian:
        Bahan langsung            =Rp   500.000
        Tenaga Langsung         =Rp    600.000
        OverheadPabrik            =Rp    300.000
        Total                             =Rp1.400.000

Ayat jurnal umum mengenai selesainya pekerjaan ini dalah sebagai berikut:

31 Mei        Persediaan Produk Jadi        Rp3.630.000
                        BDP-BBB                                    Rp1.500.000
                        BDP-BTKL                                  Rp1.420.000
                        BDP-BOP                                     Rp   710.000
  • Mencatat penyerahan Produk kepada pemesan
Untuk mencatat penyerahan produk kepada pemesan sama dnegan pencatat pada perusahaan dagang yaitu:

1. Mencatat Hasil penjualan
Piutang/Kas (debit)
    Penjualan (Kredit)
2. Mencatat harga pokok produk
Harga pokok penjualan (Debit)
    Persediaan Produk Jadi(Kredit)
contoh:
Pesanan no.121 dengan harga jual Rp3.200.000 dan diserahkan kepada pemesannya yaitu Toko sepatu Gapura. Harga pokok barang yang diserahkan adalah Rp2.230.000. Transaksi ini dicatat dalam jurnal penjualan. Dalam bentuk ayat jurnal umum, penulana dan penyerahan barang kepada pemesan dicatat sebagai berikut:

31 Mei         Piutang                             Rp3.200.000
                        Penjualan                                Rp3.200.00
                    Harga Pokok Penjualan     Rp2.230.000
                        Persediaan Produk jadi            Rp2.230.00

METODE PENETAPAN HARGA POKOK PROSES DAN PENCATATAN AKUNTANSINYA

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa.Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu. Dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Bagaimana diterapkan di perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi dan lebih dari satu departemen produksi? Dan bagaimana cara perhitungan harga pokok produksi per satuanya?

1. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Karakteristik Metode Harga Pokok Proses Metode pengumpulan komponen harga pokok produksi ditentukan oleh karakteristik proses produk perusahaan. Di perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut:
  • Produk yang dihasilkan adalah produk standar
  • Produk yang dihasilkan dari waktu ke waktu adalah sama
  • Aktivitas produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Contoh perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses adalah perusahaan semen.Proses produksi semen menghasiLkan satu macam produk semen yang diukur dengan satuan zak yang berat standarnya 50 kg. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. Perencanaan produksi dilakukan dengan diterbitkannya perintah produksi (production order) setiap awal bulan yang berlaku untuk bulan tertentu. Atas dasar karakteristik aktivitas produksi dalam perusahaan yang berproduksi massal, metode pengumpulan biaya produksi dalam perusahaan tersebut bisa menggunakan metode harga pokok proses.

 2. Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dan Metode Harga Pokok Pesanan
Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut ini disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan.Perbedaan antara dua metode pengumpulan biaya produksi tersebut terletak pada:
  • Pengumpulan biaya produksi
  • Perhitungan harga pokok produksi per satuan
  • Penggolongan biaya produksi
  • Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
 3. Manfaat Harga Pokok Proses
Empat manfaat informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bagi manajemen perusahaan yang berproduksi massa, yaitu:
  • Menentukan harga jual produk
Perusahaan yang berproduksi masal memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang. Dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penerapan harga jual produk, biaya produksi per unit adalah salah satu informasi yang dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.Kebijakan penetapan harga jual yang didasarkan pada biaya menggunakan formula penetapan harga jual berikut ini:

(a) Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu = Rp xxx
(b) Taksiran biaya non produksi untuk jangka waktu tertentu = Rp xxx
(c) Taksiran total biaya untuk jangka waktu tertentu = (a) + (b)
(d) Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu = xxx
(e) Taksiran harga pokok produk produk per satuan = (c) : (d)
(f) Laba per unit produk yang diinginkan = Rp xxx
Taksiran harga jual per unit yang dibebankan kepada pembeli = (e) + (f)

Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi per satuan yang akan dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam jangka waktu tertentu. Dan  dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual per unit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi barang dalam jangka waktu tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya berikut ini:

(a) Taksiran biaya bahan baku = Rp xxx
(b) Taksiran biaya tenaga kerja langsung = Rp xxx
(c) Taksiran biaya overhead pabrik = Rp xxx
Taksiran biaya produksi = (a) + (b) + (c)
  • Memantau realisasi biaya produksi
Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu.

Untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi untuk jangka waktu tertentu tersebut dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok proses. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk jangka waktu tertentu dilakukan dengan formula sebagai berikut:

(a) Biaya bahan baku sesungguhnya = Rp xxx
(b) Biaya tenaga kerja sesungguhnya = Rp xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya = (a) + (b)
  • Menghitung laba rugi periodik
Untuk mengetahui apakah aktivitas produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto. Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang dalam periode tertentu. 

Informasi laba atau rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode tertentu.Tujuannya adalah untuk menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap periode.

  • Menentukan harga pokok persediaan 
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik. Manajemen perusahaan harus menyajikan Laporan Keuangan berupa neraca dan Laporan Laba Rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode.

Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode tersebut, manajemen dapat menentukan biaya produksiyang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca. Di samping itu, berdasarkan catatan tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal  neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual, disaijkan di neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal laporan masih dalam proses pengerjaan, disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.
 

4. Metode Harga Pokok Proses Tanpa Memperhitungan Persediaan Awal

Untuk memberikan gambaran awal penggunaan merode harga pokok proses dalam pengumpulan biaya produksi. Berikut ini disajikan contoh penggunaan metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan produk dalam proses awal.

Variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses yang disajikan mencakup:
  • Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
Untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses. 
Berikut ini disajikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi. Tanpa memperhitungkan adanya persediaan produk dalam proses awal periode.

Contoh Harga Pokok Proses #1:
PT Era Milenia Jaya mengolah produknya secara masal melalui satu departemen produksi.

Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:

    Biaya bahan baku                 = Rp 5.000.000
    Biaya Bahan penolong         = Rp 7.500.000
    Biaya tenaga kerja                = Rp 11.250.000
    Biaya overhead pabrik         = Rp 16.125.000
    Total biaya produksi         = Rp 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah:
    Produk jadi                                            = 2.000 kg
    Produk dalam proses pada akhir bulan =    500 kg
Dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut:
    Biaya bahan baku            = 100%
    Biaya bahan penolong     = 100%
    Biaya tenaga kerja           =   50%
    Biaya overhead pabrik     =   50%

Yang menjadi masalah adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang. Dan harga pokok persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai diproduksi. Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2020. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk jadi dan akan dihasilkan informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang. Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode, biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses.

Dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

#1: Biaya Bahan Baku:
Dari data contoh soal di atas, kita melihat bahwa biaya bahan baku sebesar Rp 5.000.000 digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 500 kg persediaan produk dalam proses. Jadi ekuivalensi biaya harga bahan baku adalah:

= 2.000 + (100% x 500)
= 2.500 kg

 #2: Biaya Bahan Penolong
Bahan penolong yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 7.500.000 menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses. Tingkat penyelesaian 100%.Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong adalah 2.500 kg yang dihitung sebagai berikut:

= 2.000 + (100% x 500) = 2.500 kg

 #3: Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 11.250.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses. Dengan tingkat penyelesaian biaya tenaga kerja 50%. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah 2.250 kg, yang dihitung sebagai berikut:

= 2.000 + (50% x 500) = 2.250 kg

 #4: Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 16.125.000. Dan menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian 30%. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong dihitung sebagai berikut:

= 2.200 + (30% x 500) = 2.150 kg.

Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 2020 dilakukan dengan membagi tiap unsur-unsur harga pokok produksi, yaitu:
  1. biaya bahan baku,
  2. biaya bahan penolong,
  3. biaya tenaga kerja, dan
  4. biaya overhead pabrik, seperti berikut ini:
metode harga pokok proses 2 departemen
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dari harga pokok persediaan produk dalam proses dihitung sebagai berikut:

 (1). Harga pokok produk jadi: 2.000 x Rp 17.500 = Rp 35.000.000
 (2). Harga pokok persediaan produk dalam proses:
                Biaya bahan baku : 100% x 500 x Rp 2.000             = Rp 1.000.000
                Biaya bahan penolong : 100% x 500 x Rp 3.000      = Rp 1.500.000
                Biaya TK : 50% x 500 x Rp 5.000                            = Rp 1.250.000
                Jumlah = Rp 4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan Januari 2020 = (1) – (2) = Rp 39.875.000
 

#5: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang terjadi bulan Januari 2020, dicatat dengan jurnal berikut ini: 
  • Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku         Rp 5.000.000
                                [Kredit] Persediaan Bahan Baku                              Rp 5.000.000
  • Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong     Rp 7.500.000
                                [Kredit] Persediaan Bahan Penolonh                          Rp 7.500.000
  • Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja          Rp 11.250.000
                                [Kredit] Gaji dan Upah                                               Rp 11.250.000
  •  Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik     Rp 16.125.000
                                [Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit                  Rp 16.125.000
  •  Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:
            [Debit] Persediaan Produk Jadi                                              Rp 35.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku           Rp 4.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong     Rp 6.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya TK                          Rp 10.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik     Rp 15.000.000

            Note:
                    = 2.000 kg x Rp 5.000
                    = 2.000 kg x Rp 7.500
  • Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah pada akhir bulan Januari 2020:
          [Debit] Persediaan Produk Dalam Proses                                  Rp 4.875.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku          Rp 1.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong    Rp 1.500.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja          Rp 1.250.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik      Rp 1.125.000
  • Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
  • Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan:
    • Produk hilang pada awal proses.
    • Produk hilang pada akhir proses


Metode harga pokok proses dua departemen adalah penggunaan metode harga pokok proses produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh di atas.

Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah produk jadi dari departemen sebelumnya, yang juga membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnya. Maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama, terdiri dari:
  1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya.
  2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama.
Contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh 2 berikut:

Perhatikan contoh metode harga pokok proses berikut ini:
PT Xidev Bening Jaya memiliki dua departemen produksi Departemen A dan Departemen B untuk menghasilkan produknya.

Dan produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:

Departemen A:
    Dimasukkan dalam proses                             = 35.000 kg
    Produk selesai yang ditransfer ke Dept B     = 30.000
    Produk selesai yang ditransfer ke gudang     = 0
    Produk dalam proses akhir bulan                  = 5.000 kg
    Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:
    Biaya bahan baku             = Rp 70.000
    Biaya tenaga kerja            = Rp 155.000
    Biaya overhead pabrik     = Rp 248.000
    Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
    Biaya bahan baku             = 100%
    Biaya konversi                 = 20%

Departemen B:
Dimasukkan dalam proses
Produk selesai yang ditransfer ke Dept B
Produk selesai yang ditransfer ke gudang = 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan              = 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:
Biaya bahan baku            = Rp 0
Biaya tenaga kerja           = Rp 270.000
Biaya overhead pabrik     = Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku     = –
Biaya konversi         = 50%

 
A: Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A
metode pengumpulan harga pokok produksi
Untuk menghitung harga pokok produk selesai Departemen A yang ditransfer ke Departemen B.

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020, perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer Departemen A ke Departemen B.

Dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer tersebut.

Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir periode.

Biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses, dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi Departemen A dalam bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

#1: Biaya Bahan Baku:
Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 sebesar Rp 70.00 menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.

Tingkat penyelesaian 100%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah:

= 30.000 kg + (100% x 5.000 kg) = 35.000 kg.

 #2: Biaya Konversi:
Biaya konversi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan Departemen A bulan Januari 2020 adalah Rp 155.000.

Dan menghasilkan 300.000 kg produk jadi  dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.

Tingkat penyelesaian 20%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah:

= 30.000 kg + (20% x 5.000 kg) = 31.000 kg.

Perhitungan biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi, yaitu
  • biaya bahan baku,
  • biaya bahan penolong,
  • biaya tenaga kerja, dan
  • biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh Departemen A.
Harga Pokok Produksi per Satuan Departemen
Harga Pokok Produksi per Satuan Departemen

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B.

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang di transfer ke Departemen B:
= 30.000 x Rp 15 = Rp 450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku: 100% x 5.000 = Rp 10.000
Biaya TK: 20% x 5.000 = Rp 5.000
Biaya Overhead Pabrik: 20% x 5.000 = Rp 8.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan Januari 2020:
= (a) + (b)
= Rp 450.000 + Rp 23.000 = Rp 473.000
 

#3: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A
Berdasarkan informasi biaya produksi Departemen A tersebut, biaya produksi yang terjadi dalam Departemen A di bulan Januari 2020 dicatat dengan jurnal berikut ini:
  • Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
            [Debit] Barang dalam Proses – By Bahan Baku Dept A  Rp 70.000
                            [Kredit] Persediaan Bahan Baku   Rp 70.000
  •  Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya TK Departemen A  Rp 155.000
                            [Kredit] Gaji dan Upah  Rp 155.000

  •  Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
            [Debit] Barang Dalam Proses – BOP Departemen A  Rp 248.000
                            [Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit   Rp 248.000

  •  Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B:
            [Debit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen B  Rp 450.000
                                [Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen A  Rp 60.0001
                                [Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A  Rp 150.0002
                                [Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 240.0003

            Note:
                1: 30.000 kg x Rp 2 = Rp 60.000
                2: 30.000 kg x Rp 5 = Rp 150.000
                3: 30.000 kg x Rp 8

  •  Jurnal umum untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam Departemen A di akhir bulan Januari 2020:
            [Debit] Persediaan Produk Dalam Proses – Dept A  Rp 23.000
                                [Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Dept A  Rp 10.000
                                [Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A  Rp 5.000
                                [Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept A  Rp 8.000

 B: Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen B

#1: Perhitungan Biaya Produksi
Dari contoh di atas, terlihat bahwa 30.000 kg produk selesai yang diterima oleh Departemen B dari Departemen A, telah menambah total biaya produksi dari Departemen A sebesar Rp 450.000, atau Rp 15 per kg. Untuk mengolah produk yang diterima dari Departemen A tersebut, Departemen B mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik bulan Januari 2020 berturut-turut sebesar Rp 270.000 dan Rp 405.000. Dari 30.000 kg produk yang diolah Departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang sebanyak 24.000 kg. Dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya konversi.

Untuk menghitung harga pokok produk jadi Departemen B yang ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir Januari 2020. Perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi biaya yang ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari Departemen A. Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir periode. Harga pokok produk yang berasal dari Departemen A harus ditambah dengan biaya produksi per satuan yang ditambahkan Departemen B.Dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses tersebut dengan memperhitungkan tingkat penyelesaiannya. Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh Departemen B dalam Januar 2020.

Dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020.

Yaitu biaya untuk memproses 30.000 kg produk yang diterima dari Departemen A sebesar Rp 155.000 tersebut.

Di mana dalam proses tersebut menghasilkan 24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg persediaan produk dalam proses yang tingkat penyelesaian biaya konversianya sebesar 50%.

Hal ini berarti biaya konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 24.000 kg.

Dan 3.000 kg persediaan produk dalam proses.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konsersi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai berikut:

= 24.000 + (50% x 6.000)
= 27.000 kg

Perhitungan biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020.

Dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen B seperti berikut ini:
Perhitungan Biaya Produksi 
Perhitungan Biaya Produksi per Satuan yang Ditambahkan Dalam Departemen B
Setelah biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dihitung.

Harga pokok produksi selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung berikut ini:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang:
Harga pokok dari Dept A: 24.000 x Rp 15 = Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dept B: 24.000 x Rp 25 = Rp 600.000
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer Departemen B ke Gudang:
24.000 x Rp 40 = Rp 960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Departemen A: 6.000 x Rp 15 = Rp 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh Departemen B:
Biaya TK: 50% x 6.000 x Rp 10 = Rp 30.000
BOP: 50% x 6.000 x Rp 15 = Rp 45.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dept B:
= (d) + (e)
= Rp 90.000 + 75.000
= Rp 165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Dept B bulan Januari 2020:
= (b) + (f)
= Rp 960.000 + Rp 165.000
= Rp 1.125.000
 

#2: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen B

 A: Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari Departemen A:
[Debit] Barang Dalam Proses  Biaya Bahan Baku Dept B Rp 450.000
[Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen A  Rp 60.000
[Kreditit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 150.000
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik  Departemen A Rp 240.000

 

B: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
[Debit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen B  Rp 270.000
[Kredit] Gaji dan Upah  Rp 270.000

 

C: Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik:
[Debit] Persediaan Produk Jadi  Rp 405.000
[Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit  Rp 405.000

 

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang:
[Debit] Persediaan Produk Jadi   Rp 960.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Departemen B  Rp 360.0001
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Departemen B  Rp 240.0002
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen B  Rp 360.0003

Note:
1: 24.000 kg x Rp 15 (harga pokok produksi per kg dari Dep A)
2: 24.000 kg x Rp 10 (biaya tenaga kerja yang ditambahkan oleh Dept B)
3: 24.000 kg x Rp 15 (Biaya Ov. Pabrik yang ditambahkan oleh Dept B)

 

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam Dept B pada akhir bulan Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses Dept B Rp 165.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B  Rp 90.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B Rp 30.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabri Dept B Rp 45.000

🙏Thank you For Reading
🌺Hopefully Useful

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad