Teacher Diarys Blogger

Post Top Ad

Agustus 27, 2020

RUANG DAN WAKTU KEHIDUPAN MANUSIA

by , in


Sejarah membahas aktivitas manusia pada masa lalu. Kisah manusia tersebut dengan kehidupan manusia yang berkreasi dalam menghadapi kehidupannya. sudut pandang manusia tersebut dibatasi oleh waktu dan ruang, serta tempat manusia itas manusia pada masa waktu, Kreativitas manusia pada masa lampau berbeda dengan kreativitas manusia pada masa kini. Demikian halnya dengan ruang. Pemahaman tentang ruang dan waktu diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kronologis.

Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu Saaan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subjek atau pelaku sejarah. nuvias manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian. Usia Selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena perjalanan anusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat di mana manusia hidup (berakivitas). Berikut ini penjelasan tentang keterkaitan antar manusia, ruang, dan waktu.

1. Manusia

Unsur manusia memiliki peran penting dalam peristiwa sejarah. Manusia adalah aktor utama yang sangat menentukan suatu peristiwa sejarah, sehingga mempelajari sejarah dapat diartikan juga kita mempelajari sejarah manusia. 

Ketika kita mempelajari sejarah, maka kita sedang mempelajari manusia, baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial, ataupun makhluk politik. Fungsi dan kedudukan manusia di muka bumi akan menghasilkan berbagai peristiwa penting dalam kehidupan umat manusia, yaitu sejarah. Dalam hal ini manusia menempatkan dirinya sebagai makhluk yang cerdas, memiliki peradaban, dan berjuang mempertahankan hidup agar menjadi lebih baik. Manusia menggunakan akal pikiran, hati nurani, dan nafsunya untuk memunculkan ide-ide kreatif yang membentuk sebuah peradaban atau budaya. Proses ini memunculkan adanya interaksi manusia dengan lingkungannya, Interaksi manusia dengan manusia lain, dan interaksi manusia dengan Sang Pencipta (Tuhan). Keselurunan aktivitas manusia inilah yang
melahirkan sejarah dalam kehidupan umat manusia.

Manusia dalam sejarah dapat mencakup dua peran, yaitu manusia sebagai subjek dalam sejarah dan manusia sebagai objek dalam sejarah. Manusia sebagai subjek sejarah berarti tindakan manusia dalam menentukan arus kesejarahan. Peran ini kebanyakan dilakukan oleh para sejarawan yang meneliti dan menulis peristiwa masa lalu. Manusia sebagai subjek sejarah cenderung bersifat subjektif. Objektvitas penceritaan sejarah oleh manusia sangatlah rendah.

Tahukah Anda mengapa demikian ini disebabkan oleh ikatan emosional dan intelektual dalam diri setiap manusia. Orang Indonesia yang menulis tentang sejarah perjuangan Indonesia dalam menghadapi penjajan enu usalnnya akan iebih membela kepentingan rakyat Indonesia yang dijajah. Sebaliknya, apabila orang Belanda menulis tentang sejarah yang melibatkan mereka, tentunya akan lebih mengarah kepada pembelaannya terhadap latar belakang dan asal negerinya. Realitas dalam sejaran tidak memiliki makna dengan sendirinya. Akan tetapi, realitas itu dimaknai oleh manusia-manusia yang menentukan arus kesejarahan.

Sehingga makna yang didapat pun berbeda satu sama lain. Di sinilah tantangan bagi para Sejarawan, di mana mereka dituntut untuk memaknai isi sejarah seobjektif mungkin dengan pemakaian sudut pandang masa kini dalam mendalami isi sejarah yang memiliki sudut pandang masa lalu yang tentu berbeda. Manusia sangat memengaruhi sejarah karena manusia yang membuat sejarah. Karena manusia yang mengendalikan sejarah berarti menegaskan kedinamisan ininya. Karena manusia yang membuat sejarah, sudah seharusnya setiap dari diri kita menjadi Seorang sejarawan. Minimal sejarawan bagi diri sendiri (every man is own historians)

Dalam sudut pandang manusia sebagai objek sejarah, manusia merupakan objek sejarah yang dikaji oleh subjek. Objek pembahasan sejarah berkisar pada kehidupan umat manusia yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, manusialah yang menjadi sasaran pembahasan dalam sejarah dan menentukan warna kehidupan di muka bumi. Tinggi rendahnya sejarah sebuah bangsa ditentukan oleh segenap aktivitas manusia sebagai objek pembahasan sejarah.

Kecenderungan manusia sebagai makhluk sosial mengandung konsekuensi bahwa manusia berusaha untuk hidup bersama dengan orang lain membentuk suatu komunitas masyarakat yang memilki ciri-ciri spesifik, termasuk sejarahnya. Kecenderungan manusia atas sejarah memungkinkan manusia memiliki suatu kemampuan untuk merekam jejak-jejak Sejaran dan berusaha mewariskan masa lalunya. Hal inilah yang disebut dengan istilah tradisi sejarah, Jadi, tradisi sejarah merupakan kemampuan yang dimiliki suatu masyarakat untuk merekam dan mewariskan masa lalunya kepada generasi yang akan datang. Hal ini berlaku Daik pada masa prasejarah (masyarakat belum mengenal tulisan) ataupun pada masa sejarah (telah mengenal tulisan). Pada masa prasejarah, masyarakat memiliki tradisi sejarah dengan media folklor, dongeng, mitologi, dan budaya yang dimilikinya.

Sementara masyarakat yang telah mampu mengenal tulisan, meninggalkan jejak-jejak sejarah melalui rekaman tertulis berupa prasasti, dokumen, dan kitab-kitab yang dihasilkannya. Di sinilah peran manusia memegang kunci pokok sebagai subjek dan objek sejarah.

2. Ruang

Pembahasan sejarah akan melibatkan unsur ruang/tempat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian ruang adalah sela-sela antara dua (deret) tiang atau sela-sela antara empat tiang (di bawah rongga rumah). Ruang juga diartikan sebagai rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang.

Sejarah, dimensi ruang atau tempat merupakan unsur terpenting yang akan menjadi identitas dari peristiwa sejarah yang berlangsung, yaitu di mana tempat terjadinya peristiwa sejarah tersebut. Unsur ruang/tempat dari peristiwa sejarah berkaitan dengan lingkungan geografis, lengkap dengan segala keunikan yang dimilikinya baik keunikan dari faktor alam ataupun budaya yang melingkupi peristiwa sejarah tersebut. Dalam kehidupannya, manusia memiliki komunitas dengan identitas masing-masing. ldentitas inilah yang membedakan satu komunitas dengan komunitas lainnya, baik identitas kesukuan, identitas budaya, dan identitas geografis. Pada akhirnya sebuah peristiwa sejarah yang berlangsung akan memiliki unsur ruang yang menjadi identitas peristiwa tersebut.

Sebagai contoh, timbulnya kerajaan Hindu-Buddha di lndonesia di berbagai tempat akan menghasilkan berbagai corak dan ciri masing-masing. Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur berbeda ciri dan coraknya dengan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Hal inilah yang dimaksud dengan dimensi ruang dalam peristiwa sejarah.


3. Waktu

Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dalam waktu dan tidak dapat dilepaskan dari waktu. Dimensi waktu dalam sejarah berkaitan dengan masa atau saat. Dalam Kamus Besar Banasa Indonesia, waktu diartikan sebagai rangkaian saat dari sebuan proses perbuatan atau keadaan dari berlangsungnya sebuah peristiwa.

Mempelajari sejarah bukan hanya mempelajari sesuatu yang berhenti, melainkan sesuatu yang terus bergerak Sejalan dengan perjalanan waktu. Setiap peristiwa sejarah Kurun waKtu tertentu yang memiliki latar belakang waktu sebelumnya. Setiap peristiwa menengaruni peristiwa berikutnya, terjadi hubungan sebab akibat dalam peristiwa sejarah.

Dimensi waktu akan menentukan kapan peristiwa sejarah itu berlangsung, bagaimana situasi zamannya dan juga pengaruh yang dihasilkan peristiwa itu untuk masa yang akan datang Sehingga sejarah merupakan rangkaian peristiwa yang bergerak secara kronologis. Peristiwa sejarah hanya berlangsung sekali (einmalig) dan tidak mungkin akan berulang. karena dimensi waktunya tentu tidak akan berulang dan ditarik mundur ke belakang lagi.

Oleh karena itu, ketika menentukan sebuah peristiwa sejarah, maka harus dikemukakan secara utuh proses dari berlangsungnya peristiwa tersebut. Benetto Croce mengemukakan Danwa sejaran tidak sekadar mengungkapkan peristiwa yang terjadi di masa lampau saja, tetapi merupakan sebuah proses untuk mendalami dan memahami secara utuh pola-pola kehidupan umat manusia dengan segala kelengkapan potensi yang dimilikinya dalam pembahasan ruang dan waktu. Sejarah harus dapat menjawab dan menjelaskan sebuah peristiwa dengan utuh dan merujuk pada unsur-unsur yang meliputi what (apa), wno (siapa), when (kapan), where (di mana), how (bagaimana), dan why (mengapa).

Konsep waktu sangat penting bagi sejarah, terutama saat riset (penelitian) dan penentuan kronologis sejarah, atau simbolis dalam penentuan judul karya sejarah. waktu dapat juga dijadikan sebagai catatan bagi seseorang saat mengalami peristiwa unik bagi dirinya. Dalam waktu 24 jam atau satu hari terdapat rentetan peristiwa atau kejadian. Rentetan peristiwa kemarin akan berpengaruh terhadap peristiwa di masa kini dan akan datang. Sebagai contoh, seorang pelajar yang belajar dengan giat kemarin malam sebagai rencana untuk menghadapi ujian nasional akan memengaruhi hasil ujian nasional di masa kini dan masa depannya di masa yang akan datang.

Dengan demikian, waktu tidak sekadar alat atau instrumen yang menakjubkan, tetapi sebagai nilai pada dirinya sendiri, menjadi variabel independen, variabel utama, faktor determinan dalam kehidupan sosial kita. Begitu pentingnya waktu dalam kehidupan manusia Jika waktu telah berlalu sudah dipastikan tidak dapat bisa diulang kembali. Berkaitan antara waktu dengan peristiwa sejarah meliputi empat hal, sebagai berikut.

a. Perkembangan
Perkembangan masyarakat terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Biasanya masyarakat akan berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Contoh paling jelas adalah perkembangari demokrasi Amerika Serikat yang mengikuti perkembangan kota.

b. Kesinambungan
Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Contohnya, kolonialisme adalah kelanjutan dari patrimonialisme.

c. Pengulangan
Pengulangan terjadi bila peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau terjadi lagi pada masa selanjutnya. Contohnya, runtuhnya pemerintahan Orde Lama akibat aksi-aksi yang dilakukan oleh demonstrasi tahun 1966. Peristiwa itu kembali terjadi di mana pemerintahan orde baru mengalami keruntuhan akibat aksi-aksi yang dilakukan oleh demonistran tahun 1998.

d. Perubahan
Perubahan terjadi apabila masyarakat mengalami pergeseran dan perkembangan. Biasanya perubahan ini terjadi akibat pengaruh dari luar. Contohnya,Perubahan tata Budaya kesukuan masyarakat di Nusantara zaman dahulu menjadi sistem kerajaan yang dianggap sebagai hasil pengaruh masuknya agama Hindu-Budha di Nusantara. Oleh karena itu, peristiwa sejarah tidak pernah putus dari rangkaian masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, sehingga waktu dalam perjalanan sejarah adalah sebuah Kontinuitas (kesinambungan). Dengan belajar sejarah, manusia bisa belajar dari pengalaman masa lalu, mencermati dan menggunakan pengalaman masa lalu pada masa kini, serta merencanakan kehidupan yang lebih baik dan menghindari kesalahan-kesalahan pada masa yang akan datang. Masa yang akan datang merupakan hal yang Sangat penting dari kehidupan manusia. Pengalaman masa lalu yang perlu dipelajar tidak nanya masa lalu diri sendiri, tetapi juga orang lain terutama orang-orang yang sukses dan pemimpin besar

Konsep tentang ruang dan waktu melekat dalam eksistensi manusia. Pemahaman tentang Onsep ruang dan waktu akan memberikan pandangan realitas kehidupan manusia. Hal tersebut memunculkan pemikiran-pemikiran kontemporer. Pemikiran-pemikiran tersebut dituangkan manusia dalam berbagai karya tertulis sehingga manusia lain atau manusia lain atau manusia pada masa yang akan datang dapat mempelajarinya. Karya tersebut Juga bisa menjadi media eksistensi dari si penulis sehingga dapat diketahui bahwa dia berada pada suatu masa. Dengan memahami konsep ruang dan waktu melalui penyingkapan suatu peristiwa daiam Kehidupan manusia memberikan inspirasi hidup untuk berani mengambil Keputusan terhadap berbagai kemungkinan alternatif dan kemungkinan masa depan. Hal ini penting sebagai sikap hidup yang bertanggung jawab atas segala keputusan yang menjadi pilihan hidup manusia walaupun secara eksistensial, manusia sebelumnya tak pernah tahu dari mana, mau ke mana, serta mengapa manusia harus hidup dan kemudian mati.

Pentingnya pembahasan tentang hakikat hidup dalam konsep ruang dan waktu memiliki dua pengaruh, yaitu eksternal dan internal. Pengaruh eksternal, yaitu sebagai suatu landasan sikap hidup manusia di tengah hiruk-pikuknya kehidupan di era global yang penuh dengan benturan berbagai nilai humanistik dalam berhadapan dengan komunitas yang serba plural. Kesadaran akan keberadaan manusia dalam komunitas yang plural ini akan menumbuhkan sikap toleransi yang tinggi sehingga diharapkan dapat mengurangi berbagai konflik dalam hidup bersama sebagai anggota masyarakat dalam suatu negara maupun dalam konteks yang universal, yaitu sebagal bagian dari umat manusia seluruh dunia. Adapun pengaruh intrinsik adalah kearifan seseorang dalam memandang dan menghadapi setiap kejadian,
peristiwa, dan masalah dalam hidupnya.

🙏Thank you For Reading
🌺Hopefully Useful


Agustus 23, 2020

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEASON 2

by , in
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Pada awal abad ke-19, terjadi penemuan-
penemuan penting dalam bidang imu pengetahuan
udh teknologi yang telah memberikan warna tersendir
Dagi kehidupan manusia. Penemuan-penemuan ini
mengakibatkan berkembangnya sistem informasi
dan komunikasi di masyarakat.
Sistem informasi dapat diartikan sebagai suatu
perangkat informasi yang berfungsi untuk memberikan
data, keterangan, pemberitahuan, dan laporan
sehingga dapat memengaruhi perkembangan
masyarakat. Terlebih pada abad informasi sekarang
ini. Mudahnya informasi tersebar hanya dalam waktu
yang singkat menunjukkan perkembangan yang
pesat dalam bidang informasi dan komunikasi.
Seiring dengan semakin kompleksnya
kehidupan masyarakat, keperluan terhadap informasi
yang relevan pun semakin meningkat. Di era
reformasi sekarang ini, negara yang menguasai
teknologi informasi akan memiliki pengaruh yang

besar di dunia.

Adapun sistem komunikasi diartikan sebagai
perangkat komunikasi yang terkait satu sama lain
dan berfungsi untuk memberikan, memudahkan, dan
membagi informasi kepada orang lain atau pihak-
pihak yang saling berkaitan. Komunikasi dalam
kehidupan masyarakat dapat berfungsi sebagai alat
penerangan massa, alat pendidikan massa agar
dapat berpikir secara kritis, serta alat untuk
memengaruhi massa dalam mengubah pandangan
hidupnya demi tujuan bersama. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi ini bisa terlihat
dari inovasi-inovasi yang hadir di masyarakat, sepei
komputer, internet, telepon, radio, hingga televisi.

1. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi salah satunya ditandai dengan hadirnya komputer.
Komputer berkembang pesat pada abad ke-20. Parts
1936, Alan Turing seorang pakar matematika Ingori
menghasilkan sebuah ide, yaitu ide mesin yar
dapat menghitung tanpa bantuan manusia.
Pada tahun 1940-an, Jon van Neuman
mengembangkan komputer untuk menyelesaikan
masalah di bidang matematika, meteorologi,
ekonomi, dan hidrodinamik yang bernama Electronic
Discrese Variable Automatic Computer (EDVAC).
Selain EDVAC, lahir pula ENIAC (Electronic
Numerical Integration and Computer). ENIAC lahir
dari gagasan John Mauchly seorang pakar fisika
Amerika Serikat dan John Prespect Ecker sebagai
pakar teknik elektro. ENIAC juga dikenal sebagai
komputer digital pertama.
Perkembangan teknologi komputer semakin
pesat ketika pada 1948 ditemukan transistor yang
menjadi pendorong perkembangan di bidang
komputer. Transistor ini menggantikan tabung vakum
yang boros energi dan mahal harganya. Kemudian
pada 1960-an, dikembangkan Integrated Circuit (C)
yang berisi transistor-transistor mini dan komponen
elektrik di atas sebuah chip.
Perkembangan komputer semakin lama
semakin meningkat. Pada 1960-an, jaringan
komputer lintas negara sudah digunakan di Amerika
Serikat oleh para ilmuwan dan ahli riset untuk saling
bertukar informasi. Pada 1965 pemerintah Amerika
Serikat mendirikan Advanced Project Research a
Agency (APRA). Dari APRA inilah komputer semakin
berkembang, ditambah dengan hadinya internet. hal
ini dikarenakan APRA berhasil menghasilkan
beberapa hal, antara lain:

a. packet switching
packet switching adalah sebuah komponen yang membuat komputer dapat mengirimkan dan menerima data secara simultan pada jaringan fisik yang sama. 
Selain itu, adanya beberapa rute yang bisa
digunakan untuk mengirim dan menerima data. Hal ini
dimaksudkan jika suatu jaringan terputus, data tetap
masih bisa diterima melalui rute lain yang masih aktif.

b. TCP/IP (Transmission Control Protocol/lntemet
Protocol)

TCP/IP mengatur bagaimana komputer
menggunakan jaringan fisik untuk berkomunikasi
dengan komputer lain. TCP/IP menjadi standar
ARPANET dan makin berkembang ketika UNIX
mengembangkan TCPIIP sebagai protokol dasar
mereka.

Pada tahun 1970-an, berhasil dikembangkan
mikroprosesor yang di dalamnya terdapat ribuan
transistor, hal ini terjadi berkat dikembangkannya
Integrated Circuit (1C) pada 1960-an. Pada tahun
1975 dikenalkan komputer pribadi (PC). Pada 1990-
an, mikroprosesor dikembangkan oleh perusahaan
Intel dengan merek Pentium yang menjadi patokan
kecepatan dengan mega hertz (mHz) dan giga Hertz
(gHz). Hingga saat ini, komputer dan internet mampu
menyediakan layanan electronic mail (email), world
wide web (www), hingga chatting serta browsing.
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi tidak hanya terlihat dengan adanya
komputer dan internet saja, akan tetapi terlihat juga
dengan dikembangkannya telepon. Telepon adalah
alat komunikasi yang mengirimkan dan menerima
pesan suara menggunakan gelombang listrik.
Pada awalnya, telepon dihubungkan dengan
jaringan telepon lewat kabel. Seiring perkembangan
Zaman, telepon saat ini mampu dibawa kemana-
mana tanpa terhalang oleh kabel dan menggunakan
jaringan gelombang radio, bahkan saat ini fungsi
telepon sudah mampu bertindak seperti komputer
yang dapat mengakses internet. Penemu telepon sendiri adalah Alexander Graham Bell pada tahun 1876.

Selain telepon dan komputer, teknologi
informasi dan komunikasi dapat terlihat dari adanya
radio. Perkembangan radio diawali pada tahun 1894
bersamaan dengan keberhasilan Guglielmo Marconi
menemukan sinyal radio melalui transmisi tanpaa
kawat. Keberhasilan Marconi juga tidak terlepas dari
peran Heinrich Rudolf Hertz melalui eksperimennya
yang menemukan gelombang elektromagnetis.
Perkembangan radio semakin meningkat ketika
M. Lee de Forest menemukan tabung hampa yang
mampu menangkap sinyal radio secara lebih efisien.
Penemuan inilah yang mengantarkannya mendapatkan
julukan The Father of Radio. Upaya de Forest untuk
menyempurnakan radio siaran mulai dirintis oleh E.H.
Amstrong dari Universitas Columbia pada tahun 1933.

la memperkenalkah sistem Frequency Modulation
(FM) yang memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1) Dapat menghilangkan interference (gangguan,
pencampuran yang disebabkan oleh cuaca
maupun listrik).
2) Dapat menghilangkan interference yang
disebabkan oleh dua stasiun yang bekerja pada
gelombang yang sama.
3) Menghasilkan suara yang lebih jernih.

Munculnya televisi semakin menambah media
informasi dan komunikasi. Perkembangan televisi
diawali dari penemuan teleskop elektrik sebagai
perwujudan gagasan dari Paul Gottlieb Nipkow. la
berhasil memanfaatkan teleskop elektrik untuk
mengirimkan gambar melalui udara dari satu tempat
ke tempat lain. Pada tahun 1939, di Amerika televisi
sudah dapat dinikmati oleh masyarakat.

2. Perkembangan Media Informasi dan
Komunikasi di Indonesia

Perkembangan media informasi dan komunikasi
di Indonesia telah dimulai sejak masa kolonial Hindia
Belanda. Media komunikasi yang berkembang adalah
pers, radio, dan film. Akan tetapi, perkembangan
media informasi dan komunikasi tersebut hanya
menjadi alat propaganda bagi pemerintahan kolonial
Hindia Belanda. Namun, media komunikasi ini juga
mampu membangkitkan semangat nasionalisme
Indonesia, terutama dari kalangan pelajar.
Puncaknya adalah dengan adanya peristiwa Sumpah
Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Setelah pemerintahan kolonial berganti menjadi
Pendudukan Jepang, media masih tetap dikuasai oleh
Jepang, baik surat kabar, kantor berita, radio, film,
hingga seni pertunjukan. Namun, bukan berarti rakyat
Indonesia berdiam diri saja menanggapi situasi ini,
bahkan dengan melalui media komunikasi dan
informasi inilah para pemuda dapat mengetahui bahwaJepang telah kalah.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, media komunikasi dan infomasi dijadikan sebagai alat untuk
menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan ke
seluruh Indonesia, bahkan ke luar negeri.
Pada masa pembangunan sekarang ini, media
komunikasi dan informasi berperan sebagai:
a. Alat penunjang pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
b. Alat penyiar informasi, gagasan, pendapat, dan
inovasi dari masyarakat.
c. Alat untuk mengubah sikap dan cara hidup
untuk mencapai taraf yang lebih tinggi.
d. Alat memotivasi masyarakat untuk ambil bagian
dalam pembangunan.

Semakin pesatnya pertumbuhan dalam bidang
telekomunikasi ditujukan dengan ditemukannya
komunikasi lewat satelit. Hal ini juga tidak luput dari
perhatian Indonesia. Indonesia turut menggunakan
satelit sebagai alat komunikasi dengan nama Sistem
Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.
Pembangunan SKSD Palapa dimulai sejak tahun
1975 dan diberi nama Palapa sesuai dengan yang
dicita-citakan oleh Patih Gajah Mada untuk
menyatukan nusantara. SKSD Palapa diresmikan
pada 17 Agustus 1976. Manfaat yang diperoleh
dengan hadirnya Palapa, antara lain:
a. Mempermudah hubungan komunikasi
antardaerah dan bahkan antarnegara.
b. Memungkinkan kita untuk menyaksikan suatu
peristiwa secara langsung melalui siaran televisi.
C. Mengembangkan komunikasi melalui jaringan
internet.

Pada masa penjajahan, media komunikasi dan
informasi yang seringkali digunakan adalah radio.
Radio siaran pertama di Indonesia adalah
Bataviasche Radio Vereeniging (BRV) yang berdiri
tanggal 16 Juni 1925 di Jakarta. Berdirinya BRV
kemudian disusul oleh siaran radio lainnya, seperti
Nederlandsch Solosche Radio Vereeniging (SKV) di
Surakarta, Mataramsche Vereeniging Voor Radio
Omroep (MAVRO) di Yogyakarta.
Dari seluruh siaran radio yang berdiri, hanya
SKV yang merupakan siaran radio yang diusahakan
oleh bangsa Indonesia, yaitu Mangkunegara Vill dan
Sasmito Mangunkusumo. Oleh karena itu, pada tanggal 29 Maret 1937 berdirilah Perserikatan
Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) di Bandung,
Masuknya Jepang ke Indonesia, membuat
mundurnya siaran radio di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena pemerintahan Jepang mengatur
penyelenggaraan radio secara ketat yang diatur oleh
lembaga khusus dengan nama Hoso Kanri Kyoku
yang berkedudukan di Jakarta.
Pada tanggal 11 September 1945, berdirilah radio
siaran pertama yang bernama Radio Republik
Indonesia (RRI). Dari RRI inilah informasi-informasi
mengenai perjuangan disebarkan kepada bangsa
Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, RRI
menjadi satu-satunya organisasi yang dimiliki dan
dikuasai oleh pemerintah. Perkembangan radio-
radio swasta atau radio amatir baru terjadi setelah
Indonesia memasuki masa Orde Baru dengan
ditandai keluarnya PP No. 21 Tahun 1967 tentang
Radio Amatirisme di Indonesia dan PP No. 55 Tahun
1970 tentang Radio Siaran Nonpemerintah. Adapun
radio-radio amatir hanya berfungsi sebagai alat
pendidikan, penerangan, hingga hiburan.
Televisi merupakan media informasi dan
komunikasi yang berkembang pula di Indonesia.
Televisi baru hadir pada tahun 1962 bertepatan
dengan penyelenggaraan Asian Games IV di
Jakarta. Pada tahun 1989, muncul berbagai televisi
swasta di Indonesia, antara lain RCTI (24 Agustus
1989). SCTV (1990), TPI (23 Januari 1991), ANTV
(1993), dan Indosiar (1995). Setelah itu muncu
televisi swasta yang lain dan beragam, seperti Metro
TV, Trans TV, Trans 7, Net., hingga TV One.




Agustus 23, 2020

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEASON 1

by , in
Pada saat ini, disadari ataupun tidak perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Berbagai
kemajuan dan inovasi semakin banyak tercipta, baik dalam
bidang transportasi maupun bidang lainnya.
Kemajuan ini semakin mempermudah manusia dalam
melakukan kegiatan sehari-harinya. lImu pengetahuan dan
teknologi bermanfaat untuk menyeimbangkan dan
melestarikan lingkungan hidup, tetapi penerapannya juga
dapat menghasilkan hal-hal yang dapat mengancam
kehidupan umat manusia dan kelestarian lingkungan
hidup.
Untuk mencegah hal tersebut, tentunya kita sebagai
salah satu pelaku perkembangan ilmu pengetahuan harus
mampu turut menjaga inovasi tersebut dengan sebaik-
baiknya, agar tercipta kemaslahatan umat. Hal ini juga
sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah diberikan anugerah-Nya yang berupa akal dan pikiran.

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan pada abad ke-20
ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu dasar dan
ilmu terapan. Hal ini mendorong perkembangan yang lebih
cepat dalam bidang industri, informasi, komunikasi,
transportasi, dan pertanian.
Berdasarkan peninggalan sejarah bangsa Indonesia,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada zaman dulu,
masyarakat Indonesia telah memiliki pengetahuan dan
mengenal teknologi yang tinggi, seperti terlihat dari
pembangunan candi, irigasi, persawahan, pembuatan
kapal, pembuatan keris, dan peralatan lainnya.
Masuknya bangsa kolonial ke Indonesia, secara tidak
langsung turut mengenalkan ilmu pengetahuan dan tradisi
Barat ke Indonesia. Imu pengetahuan dan teknologi Barat
diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia oleh
penguasa kolonial, penguasa swasta asing, dan misi
keagamaan melalui pendidikan Barat atau dari eksploitasi

ekonomi.

Akan tetapi, walaupun Indonesia telah mendapatkan
pendidikan Barat, namun perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di Indonesia masih jauh tertinggal bahkan
sesama negara jajahan di Asia. Hal ini disebabkan
beberapa faktor, antara lain:

1. Orang Indonesia yang mendapatkan pendidikan
Barat atau pendidikan tinggi terbatas pada
golongan bangsawan saja.
2. Orang Indonesia yang terlibat langsung dalam
pengembangan ilmu pengetahuan Barat
terbatas.

3. Inovasi teknologi yang berarti di dalam
masyarakat Indonesia sendiri tidak terjadi.
4. Industrialisasi tidak terjadi

Ketertinggalan perkembangan ilmu
pengetahuan di Indonesia membuat pemerintah mulai
mendirikan lembaga-lembaga penelitian dan
pendidikan baru, di samping lembaga-lembaga
warisan kolonial pada tahun 1950-an, serta
menjalankan kerja sama dengan negara luar. Pada
tahun 1960-an, bangsa Indonesia mulai menunjukkan
kemampuan penguasaan serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. ial ini terlihat dari
berbagai pembangunan yang terjadi.
Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia
Juga terkait dengan perkembangan perguruan tingg
dan pusat-pusat penelitian yang telah berhasil
mengembangkan berbagai pengetahuan dan teknolog
baru yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Pada tahun 1956, melalui UU No. 6 Tahun 1956
pemerintah Indonesia membentuk Majelis lImu
Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok
1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. Memberi pertimbangan kepada pemerintah
dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan.

Perhatian pemerintah terhadap ilmu
pengetahuan terus dilanjutkan dengan membentuk
Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) dan
menempatkan MIPI di dalamnya dengan tugas
tambahan, yaitu membangun dan mengasuh
beberapa Lembaga Riset Nasional. Selanjutnya,


pada tahun 1966 pemerintah mengubah status
DURENAS menjadi Lembagh Riset Nasional
(LEMRENAS). Pada Agustus 1967, pemerintah
membubarkan LEMRENAS dan MIPI dengan SK
Presiden RI No. 128 Tahun 1967 dan kemudian
membentuk Lembaga lImu Pengetahuan Indonesia
(LIP) dengan Keputusan MPRS No. 18/B/1967
Adapun LIPI bertugas menampung seluruh tugas
LEMRENAS d

MIPl ditambah dengan tugas pokok

sebagai berikut:
1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berakar di Indonesia agar
dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat
Indonesia pada khususnya dan umat manusia
pada umumnya.
2. Mencari kebenaran ilmiah di mana kebebasan

ilmiah, kebebasan penelitian, serta
kebebasan mimbar diakui dan dijamin,

sepanjang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945.

3. Mempersiapkan pembentukan Akademi lImu
Pengetahuan Indonesia (sejak 1991 tugas pokok
ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara
Riset dan Teknologi dengan Keppres No. 179
Tahun 1991).

Perkembangan LIPl sebagai lembaga riset dan
ilmu pengetahuan di Indonesia terus dilakukan.
Untuk itu dilakukan peninjauan dan penyesuaian
tugas pokok dan fungsi serta susunan organisasi
LIPI sesuai dengan tahap dan arah perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu,
Keppres No. 128 Tahun 1967 tanggal 23 Agustus
1967 diubah dengan Keppres No. 43 Tahun 1985,
dan dalam rangka penyempurnaan lebih lanjut,
tanggal 13 Januari 1986 ditetapkan Keppres No. 1
tahun 1986 tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, dan terakhir dengan Keppres No. 103
Tahun 2001.



Agustus 23, 2020

RESPON INTERNASIONAL TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

by , in

Seperti telah dikemukakan, kalkulasi biaya produksi pesanan diterapkan untuk produksi dengan spesifikasi khusus sesuai dengan keinginan pemesan. Produksi baru dilakukan setelah pesanan diterima. Tujuan akhir dari kalkulasi biaya produksi pesanan adalah untuk menentukan harga pokok atau biaya produksi untuk setiap pekerjaan pesanan (order kerja) yang ditangani perusahaan.

Setiap pekerjaan pesanan, yang masing-masing memiliki spesifikasi tertentu, dapat dibedakan menurut nama langganan, jenis atau ukuran dari barang yang diproduksi. Untuk menentukan biaya atau harga pokok produksi dari pesanan yang dikerjakan, untuk setiap pekerjaan pesanan disediakan catatan biaya yang terpisah dalam Kartu Harga Pokok Pekerjaan Pesanan. Setiap elemen biaya manufaktur, bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang berhubungan dengan pekerjaan pesanan diakumulasikan secara terpisah dalam kartu harga pokok tersebut.

Kumpulan kartu harga pokok pekerjaan pesanan ini pada hakekatnya menupakan buku tambahan dari perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian dalam buku besar. Jumlah saldo-saldo yang terdapat dalam kartu harga pokok pada suatu saat tertentu harus sama dengan saldo perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian pada saat yang sama. Setiap ayat jurnal yang dicatat dalam perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian didukung oleh pencatatan yang dilakukan secara terinci dalam kartu-kartu harga pokok.

Sutan Sjahrir adalah tokoh yang giat melakukan kritik terhadap Kabinet Presidensial. Hal ini dilakukan
karena kabinet tersebut terdiri dari anggotanya yang berkolabolator dengan Jepang. Situasi ini pula yang menyebabkan Sekutu enggan untuk melakukan perundingan dengan pemerintah Indonesia. Adapun kritik yang dilancarkan Sjahrir lebih menekankan agar sistem kekuasaan di Indonesia tidak terpusat hanya pada satu titik saja, melainkan tersebar secara merata. Usulan ini pada akhirnya mampu membuat pemerintah Indonesia melalui Maklumat Wakil Presiden pada tanggal 16 Oktober 1945 yang berisi pengalihan fungsi KNIP menjadi sebuah badan legislatif dan rakyat diperbolehkan untuk mendirikan partai. Dengan dikeluarkannya maklumat ini pula dibentuk Kabinet Sjahrir dan dimulainya penyelesaian melalui perundingan. Melalui kabinet ini juga perjuangan untuk mendapatkan pengakuan internasional dimulai.

Pada masa perjuangan kemerdekaan 1945-1949 tugas utama kementerian luar negeri sejalan dengan tuntutan perjuangan, yaitu pengakuan internasional terhadap pengakuan kemerdekaan Indonesia. Hanya saja, upaya Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dunia internasional mendapatkan hambatan yang dilakukan oleh Belanda.

Belanda masih tidak mau menganggap kedaulatan RI sebagai negara merdeka. Perhatian internasional mulai meningkat setelah terjadinya Perundingan Linggajati (10 November 1946) yang hasilnya ditandatangani pada 25 Maret 1947. Dari Perundingan Linggajati ini Belanda mengakui secara de facto kekuasaan RI, namun masalah hubungan internasional RI tetap berada di tangan Belanda. Hal ini menyebabkan buntunya hasil perundingan tersebut.

Upaya pemerintah Indonesia untuk mendapat pengakuan internasional terus diupayakan, hingga mendapat simpati dan pengakuan intemasional, salah satunya datang dari India. Hubungan Indonesia dengan India sudah terjalin ketika RI mengirimkan 7.000 ton beras ke India pada April 1946. Bantuan ini membuat para pemimpin India, terutama Nehru menaruh simpati terhadap cita-cita kemerdekaan Indonesia.Perhatian ini diwujudkan dengan menempatkan perwakilannya di Indonesia. Hal ini semakin
memudahkan bangsa Indonesia di kancah dunia  internasional. Hubungan dengan India diperkuat kembali melalui Konferensi New Delhi (Inter-Asian Relations Conference) pada bulan Maret-April 1947 Hubungan dengan India terus dilakukan. Salah seorang wakil konsul India di Jakarta membuka kantornya di Yogyakarta. Dari konsul India ini, pemerintah Indonesia terbantu untuk mengadakan kontak dengan perwakilan-perwakilannya di luar negeri. Sebagian besar hubungan ini terjadi melalui perwakilan India di Jakarta yang diteruskan ke New Delhi, Karachi, Birma, Sailan (Sri Lanka), serta dunia Arab.

Adapun hubungan RI dengan Timur Tengah sudah terjadi sejak awal proklamasi khususnya di Kairo, Mesir. Mahasiswa Indonesia yang belajar di Kairo pada Oktober 1945 berhasil mendorong dibentuknya Lajnatud Dita'in Indonesia (Panitia Komite Pembela Indonesia) di kalangan simpatisan Mesir, termasuk politisi Partai Wafd, partai besar yang berkuasa untuk memberikan dukungan terhadap kemerdekaan RI.
Pada 21 November 1946, Dewan Komisaris Liga Muslim mengadakan rapat di Kairo dan menasihati anggota-anggotanya untuk mendukung dan mengakui RI sebagai negara yang merdeka. Pernyataan ini sempat ditentang oleh duta besar Belanda di Kairo, namun pemerintah Mesir tetap pada pendiriannya. Tindak lanjut dari dukungan Timur Tengah terhadap RI adalah dengan berkunjungnya diplomat Mesir Abdul Moen im ke RI pada Maret 1947. Kedatangan diplomat Mesir ini dibalas oleh pemerintah RI dengan berkunjung ke Mesir dengan menyesuaikan jadwal Konferensi Inter-Asia di New Delhi pada Maret-April 1947. Hubungan ini pada akhirnya mampu membuat pemerintah Mesir mengakui RI sebagai negara merdeka dan berdaulat secara de jure pada 9 Juni 1947. 

Pada bulan November 1947, Arab Saudi  memberikan pengakuan bagi RI. Hal ini disebabkan kunjungan Azzam Pasha dan H.M. Rasyidi kepada Raja lbnu Saud. Selain itu, pengakuan ini juga dikarenakan dunia Arab memiliki semangat nasionalis dan anti-Barat yang sama dengan Indonesia dan ikatan persaudaraan muslim yang kuat. Sejak paruh kedua tahun 1947, RI telah mendapatkan pengakuan dejure dari negara Timur Tengah seperti Mesir, Syria, Irak, Afghanistan, Arab Saudi, dan Libanon, serta pengakuan de facto dari negara Asia, seperti India,Pakistan, Birma, dan Sailan (Sri Lanka).

Pengakuan dari dunia Barat datang dari Australia. Pengakuan ini diwujudkan dengan memberi tempat bagi berdirinya Perwakilan Republik Indonesia di bawah Oesman Sastroamidjojo. Selain itu bentuk dukungan Australia terlihat dari usahanya melakukan pendekatan dengan Dewan Keamanan di New York.Usaha ini membuahkan hasil dengan diundangnya para wakil Indonesia untuk membicarakan permasalahan Indonesia di forum internasional pada tanggal 14 Agustus 1947. Perwakilan yang datang pada saat itu adalah Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim, L.N. Palar, Dr. Soemitro Djojohadikusumo, Soedjatmoko, dan Charles Tambu. Sejak itu perwakilan Indonesia semakin mampu mengembangkan hubungan diplomasi dengan negara lain. Berikut ini perwakilan Indonesia di luar negeri (1947/1948). 

                                         🙏Thank you For Reading
🌺Hopefully Useful


Agustus 23, 2020

METODE PENETAPAN HARGA POKOK PESANAN DAN PENCATATAN AKUNTANSINYA

by , in
Kegiatan produksi dalam suatu perusanaan ada yang dilakukan sesuai dengan pesanan yang diterima dani pembeli atau pemben penntan kerja dan ada yang dilakukan sesuai dengan proses produksi yang telah dirancang sebelumnya. Produksi yang dilakukan sesuai dengan keinginan pemesan mernupakan produksi pesanan, sedangkan produksi yang dilakukan secara terus menerus sesuai dengan suatu jenis dan proses produksi yang sama merupakan produksi massal.

Produksi yang dilakukan sesuai dengan keinginan pemesan misalnya dalam produksi mebel, perusahaan konstruksi dan perusahaan lain yang hanya berproduksi berdasarkan pesanan yang diterimanya. Barang yang dikerjakan dapat merupakan pesanan dani pembeli maupun pesanan darn dalam perusahaan sendiri untuk persediaan.

Produksi yang dilakukan secara massal dan terus menerus sebagai suatu proses produksi yang berkesinambungan, misalnya terjadi dalam industri deterjen, makanan dan minuman, kimia, dan sebagainya. Karena sifat produksinya berbeda, keduanya memerlukan kalkulasi biaya yang berbeda.

METODE PENETAPAN HARGA POKOK PESANAN DAN PENCATATAN AKUNTANSINYA

Seperti telah dikemukakan, perhitungan biaya produksi pesanan diterapkan untuk produksi dengan spesifikasi khusus sesuai dengan keinginan pemesan. Produksi baru dilakukan setelah pesanan diterima. Tujuan akhir dari perhitungan biaya produksi pesanan adalah untuk menentukan harga pokok atau biaya produksi untuk setiap pekerjaan pesanan (order kerja) yang ditangani perusahaan.

Setiap pekerjaan pesanan, yang masing-masing memiliki spesifikasi tertentu, dapat dibedakan menurut nama langganan, jenis atau ukuran dari barang yang diproduksi. Untuk menentukan biaya atau harga pokok produksi dari pesanan yang dikerjakan, untuk setiap pekerjaan pesanan disediakan catatan biaya yang terpisah dalam Kartu Harga Pokok Pekerjaan Pesanan. Setiap elemen biaya manufaktur, bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang berhubungan dengan pekerjaan pesanan diakumulasikan secara terpisah dalam kartu harga pokok tersebut.

Kumpulan kartu harga pokok pekerjaan pesanan ini pada hakekatnya menupakan buku tambahan dari perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian dalam buku besar. Jumlah saldo-saldo yang terdapat dalam kartu harga pokok pada suatu saat tertentu harus sama dengan saldo perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian pada saat yang sama. Setiap ayat jurnal yang dicatat dalam perkiraan Persediaan Barang Dalam Penyelesaian didukung oleh pencatatan yang dilakukan secara terinci dalam kartu-kartu harga pokok.

1. PENGERTIAN HARGA POKOK PESANAN
Metode harga pokok pesanan dan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan metode ini adalah menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk persatuan.

Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. pada pengumpulan harga pokok pesanan, di mana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya.

2. KARAKTERISTIK BIAYA PESANAN
  • Sifat produksi yang terputus-putus tergantung pada pesanan yang diterima
  • Bentuk produk tergantung dari spesifikasi pemesan
  • Pengumpulan biaya produksi dilakukan pada kartu biaya pesanan, yang memuat terinci untuk masing-masing pesanan.
  • Total biaya produksi dikalkulasi setelah pesanan selesai.
  • Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan
  • Akumulasi biaya umumnya menggunakan biaya normal
  • Produk yang sudah selesai langsung diserahkan pada pemesan

3. SYARAT PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN
Menurut Mulyadi dalam buku akuntansi biaya terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan harga pokok pesanan, yaitu:
  • Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya dengan jelas dan harus dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individu
  • Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan yaitu biaya produksi langsung yang terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
  • Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung pada perusahaan sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan pada pemesan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan dimuka.
  • Harga pokok setiap pesanan ditentukan setiap selesai pengerjaan
  • Harga pokok per satuan produk dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait.
4. PENGUMPULAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN
Pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode ini dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini
  • Mencatat biaya bahan baku dan biaya bahan penolong
Prosedur pencatatan pembelian bahan baku dengan jurnal
Persediaan bahan (debit) 
        utang/kas (kredit)
Prosedur pemakaian bahan baku dengan menggunakan metode mutasi persediaan. pada setiap pemakaian bahan baku harus diketahui pesan dan mana yang menggunakannya, dengan jurnal.
BDP- BBB (debit) 
            Persediaan bahan (kredit)
Contoh:
Pembelian Bahan
        Selama bulan Mei 2000 Pabrik Sepatu wijaya membeli bahan-bahan berikut dari PT.Semar:

        50 feet kulit grade A @Rp20.000           = Rp1.000.000,00
        80 feet kulit grade B @Rp15.000           = Rp1.200.000,00
               Total Bahan Baku                          = Rp2.200.000,00
        10 gulung benang @Rp4.000                 = Rp      40.000,00
          2 kaleng lem @Rp4,000                       = Rp      80.000,00
                Total Bahan Penolong                   = Rp   120.000,00
Jumlah Utang  = Rp2.200.000+Rp120.000=2.320.000        

seperti biasa transaksi ini dicatat dalam jurnal pembelian atau Regsiter Voucher. Dalam bentuk ayat jurnal umum, pembelian ini diacatat sebagai berikut:

31 Mei        Persediaan Bahan Baku            Rp2.200.000
                    Persediaan bahan Penolong      Rp  120.000   
                            Utang Usaha                                        Rp2.320.000

Pemakaian Bahan
        Selama bulan Mei 2000 telah dipakai bahan-bahan berikut untuk produksi bulan mei 2000:
        Pesanan no.121 dari Toko sepatu Gapura:
        200 feet kulit Grade A@Rp20.000            = Rp   400.000
          40 feet Kulit grade B @Rp15.000           = Rp   600.000
                          Jumlah                                     = Rp1.000.000 
        Pesanan no.122 dari Toko sepatu Berlian:
          25 feet kulit Grade A@Rp20.000            = Rp   500.000
        Pesanan no.121 dari Toko sepatu Gapura:
          40 feet kulit Grade B@Rp15.000            = Rp   400.000
                Total Bahan Langsung                     =Rp2.100.000

        6 gulung benag @Rp4.000                        = Rp       24.000
        2 kaleng lem @Rp40.000                          = Rp       80.000
                Total Bahan tidak Langsung          = Rp     104.000
                Total Pemakaian Bahan                  = Rp 2.204.000

Pemakaian bahan untuk keperluan produksi dicatat dalam jurnal umum atau jurnal pemakaian bahan. dalam bentuk ayat jurnal umum pemakaian bahan ini dicatat sebagai berikut:

31 Mei    BDP-BBB                            Rp2.100.000
                    Persediaan Bahan Baku               Rp2.100.000
               BOP yang sesungguhnya     Rp    104.000
                        Persediaan Bahan Penolong    Rp   104.000
  • Mencatat biaya tenaga kerja langsung
Ada dua macam jam kerja yang perlu dikumpulkan yaitu jam kerja total selama periode kerja tertentu, dan jam kerja yang digunakan untuk mengerjakan setiap pesanan. Untuk mengumpulkan informasi jam kerja yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan Daftar upah maka perusahaan harus membuat kartu hadir untuk masing-masing karyawan untuk mencatat jam kerja karyawan dan dalam menyelesaikan pesanan, jurnal untuk pembagian upah adalah:

👉Mencatata gaji dan Upah yang harus dibayar
Gaji dan Upah (Debit)
        Utang Gaji dan Upah (Kredit0
        Utang PPh (Kredit)
👉Mencatat Alokasi gaji dan upah
BDP-BTKL (Debit) 
BOP yang sesungguhnya (Debit)
Beban gaji bagian.....(Debit)
        Gaji dan upah (kredit)
👉Membayar penyerahan gaji dan penyerahan PPh
Utang gaji dan Upah (Debit)
Utang PPh (Debit)
    Kas (Kredit)
Contoh:
Pembayaran Upah dan Gaji
    Selama bulan Mei 2000 telah dibayar upah dan gaji pegawai pabrik sebesar Rp1.875.000
Terjadinya biaya tenaga kerja ini ynag dianggap langsung dibayar dicatat dalam jurnal pengeluaran kas dalam register vaoucher dan Register cek. Dalam bentuk ayat jurnal umum, pembayaran uapah dan gaji ini dicatat sebagai berikut:

31 Mei        Upah dan gaji         Rp1.875.000
                            Kas                                        Rp1.875.000

Pembebanan Biaya Tenaga Kerja
    Upah dan gaji pabrik bulan mei dialokasikan sebagai berikut:
    Tenaga Langsung:
        Pesanan No.121                    Rp   820.000
        Pesanan No.122                    Rp   600.000
        Pesanan No.123                    Rp   350.000
    Total Tenaga langsung           Rp1.770.000
    Total Tenaga tidak langsung Rp   105.000
    Total Gaji dan Upah              Rp1.875.000

Transaksi ini dicatat dalam jurnal umum dan jurnal Pendistribusian Upah dan gaji. Dalam Bentuk ayat jurnal umum pembebanan gaji dan upah dicatat sebagai berikut:

31 Mei    BDP-BTKL                                        Rp1.770.000
                BOP yang Sesungguhnya (BTKTL)  Rp   105.000
                            Gaji dan Upah                                                Rp1.875.000
  • Mencatat biaya overhead pabrik
dalam metode ini, BOP atau biaya overhead pabrik harus dikenakan pada tiap pesanan menurut tarif yang ditentukan dimuka titik yang terjadi selama periode 1 tahun dikumpulkan kemudian di akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan pada produk atas dasar tarif pencatatan bop yang dibebankan kepada produk. Jurnal penutupan rekening BOP yang dibebankan adalah:
BOP dibebankan (Debit) 
        BOP sesungguhnya (Kredit)

Pencatatan BOP yang sesungguhnya adalah:
1. Pemakaian bahan penolong (Contoh ada pada point 1)
BOP sesungguhnya (Debit)
        Persediaan bahan penolong (Kredit)
2. Pencatatan biaya tenaga kerja tidak langsung (Contoh ada pada point 2)
BOP sesungguhnya (Debit)
        Gaji dan upah (Kredit)

3. Pembebanan Overhead Pabrik

BDP-BOP (Debit)
        BOP yang dibebankan (Kredit)

Contoh:

    Overhead pabrik dibebankan ke produksi sebesar 50% dari baiay tenaga kerjal langsung. Pembebanan overhead pabrik kedalam produksi dicatat dalam jurnal umum. Jumlah overhead pabrik  yang dibebankan dalan bulan Mei 2000 dihitung sebagai berikut:

        Tenaga Langsug no.121            Rp   820.000
        Tenaga Langsung no.122          Rp   600.000
        Tenaga Langsung no. 123         Rp   350.000
        Jumlah tenaga langsung         Rp1.1770.000

Overhead yang dibebankan ke produksi adalah 50% dari Rp1.1770.000 = Rp885.000. Ayat jurnal umum untuk mencatat pembebanan ini adalah sebagai berikut:

31 Mei         BDP-BOP                         Rp885.000
                        BOP yang dibebankan         Rp885.000
  • Mencatat produk selesai
Biaya produksi yang terdapat dalam kartu harga pokok dijumlahkan dan dikeluarkan dari rekening barang dalam proses dengan jurnal:
Produk jadi (Debit)
        BDP-BBB (Kredit)
        BDP-BBB (Kredit)
        BDP-BBB (Kredit)

Contoh: 

Pesanan no.121 dan no.122 setelah selesai dikerjakan. Harga poko masing-masing seperti yang tercantum dalam kartu harag pokok dapat diringkas sebagai berikut:

        Pesanan no.121 dari Toko Sepatu Gapura:
        Bahan langsung            =Rp1.000.000
        Tenaga Langsung         =Rp   820.000
        OverheadPabrik            =Rp  410.000
        Total                             =Rp2.230.000

        Pesanan no.122 dari Toko Sepatu Berlian:
        Bahan langsung            =Rp   500.000
        Tenaga Langsung         =Rp    600.000
        OverheadPabrik            =Rp    300.000
        Total                             =Rp1.400.000

Ayat jurnal umum mengenai selesainya pekerjaan ini dalah sebagai berikut:

31 Mei        Persediaan Produk Jadi        Rp3.630.000
                        BDP-BBB                                    Rp1.500.000
                        BDP-BTKL                                  Rp1.420.000
                        BDP-BOP                                     Rp   710.000
  • Mencatat penyerahan Produk kepada pemesan
Untuk mencatat penyerahan produk kepada pemesan sama dnegan pencatat pada perusahaan dagang yaitu:

1. Mencatat Hasil penjualan
Piutang/Kas (debit)
    Penjualan (Kredit)
2. Mencatat harga pokok produk
Harga pokok penjualan (Debit)
    Persediaan Produk Jadi(Kredit)
contoh:
Pesanan no.121 dengan harga jual Rp3.200.000 dan diserahkan kepada pemesannya yaitu Toko sepatu Gapura. Harga pokok barang yang diserahkan adalah Rp2.230.000. Transaksi ini dicatat dalam jurnal penjualan. Dalam bentuk ayat jurnal umum, penulana dan penyerahan barang kepada pemesan dicatat sebagai berikut:

31 Mei         Piutang                             Rp3.200.000
                        Penjualan                                Rp3.200.00
                    Harga Pokok Penjualan     Rp2.230.000
                        Persediaan Produk jadi            Rp2.230.00

METODE PENETAPAN HARGA POKOK PROSES DAN PENCATATAN AKUNTANSINYA

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa.Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu. Dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Bagaimana diterapkan di perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi dan lebih dari satu departemen produksi? Dan bagaimana cara perhitungan harga pokok produksi per satuanya?

1. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Karakteristik Metode Harga Pokok Proses Metode pengumpulan komponen harga pokok produksi ditentukan oleh karakteristik proses produk perusahaan. Di perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut:
  • Produk yang dihasilkan adalah produk standar
  • Produk yang dihasilkan dari waktu ke waktu adalah sama
  • Aktivitas produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Contoh perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses adalah perusahaan semen.Proses produksi semen menghasiLkan satu macam produk semen yang diukur dengan satuan zak yang berat standarnya 50 kg. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. Perencanaan produksi dilakukan dengan diterbitkannya perintah produksi (production order) setiap awal bulan yang berlaku untuk bulan tertentu. Atas dasar karakteristik aktivitas produksi dalam perusahaan yang berproduksi massal, metode pengumpulan biaya produksi dalam perusahaan tersebut bisa menggunakan metode harga pokok proses.

 2. Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dan Metode Harga Pokok Pesanan
Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut ini disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan.Perbedaan antara dua metode pengumpulan biaya produksi tersebut terletak pada:
  • Pengumpulan biaya produksi
  • Perhitungan harga pokok produksi per satuan
  • Penggolongan biaya produksi
  • Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
 3. Manfaat Harga Pokok Proses
Empat manfaat informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bagi manajemen perusahaan yang berproduksi massa, yaitu:
  • Menentukan harga jual produk
Perusahaan yang berproduksi masal memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang. Dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penerapan harga jual produk, biaya produksi per unit adalah salah satu informasi yang dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.Kebijakan penetapan harga jual yang didasarkan pada biaya menggunakan formula penetapan harga jual berikut ini:

(a) Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu = Rp xxx
(b) Taksiran biaya non produksi untuk jangka waktu tertentu = Rp xxx
(c) Taksiran total biaya untuk jangka waktu tertentu = (a) + (b)
(d) Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu = xxx
(e) Taksiran harga pokok produk produk per satuan = (c) : (d)
(f) Laba per unit produk yang diinginkan = Rp xxx
Taksiran harga jual per unit yang dibebankan kepada pembeli = (e) + (f)

Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi per satuan yang akan dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam jangka waktu tertentu. Dan  dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual per unit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi barang dalam jangka waktu tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya berikut ini:

(a) Taksiran biaya bahan baku = Rp xxx
(b) Taksiran biaya tenaga kerja langsung = Rp xxx
(c) Taksiran biaya overhead pabrik = Rp xxx
Taksiran biaya produksi = (a) + (b) + (c)
  • Memantau realisasi biaya produksi
Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu.

Untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi untuk jangka waktu tertentu tersebut dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok proses. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk jangka waktu tertentu dilakukan dengan formula sebagai berikut:

(a) Biaya bahan baku sesungguhnya = Rp xxx
(b) Biaya tenaga kerja sesungguhnya = Rp xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya = (a) + (b)
  • Menghitung laba rugi periodik
Untuk mengetahui apakah aktivitas produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto. Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang dalam periode tertentu. 

Informasi laba atau rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode tertentu.Tujuannya adalah untuk menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap periode.

  • Menentukan harga pokok persediaan 
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik. Manajemen perusahaan harus menyajikan Laporan Keuangan berupa neraca dan Laporan Laba Rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode.

Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode tersebut, manajemen dapat menentukan biaya produksiyang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca. Di samping itu, berdasarkan catatan tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal  neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual, disaijkan di neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal laporan masih dalam proses pengerjaan, disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.
 

4. Metode Harga Pokok Proses Tanpa Memperhitungan Persediaan Awal

Untuk memberikan gambaran awal penggunaan merode harga pokok proses dalam pengumpulan biaya produksi. Berikut ini disajikan contoh penggunaan metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan produk dalam proses awal.

Variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses yang disajikan mencakup:
  • Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
Untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses. 
Berikut ini disajikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi. Tanpa memperhitungkan adanya persediaan produk dalam proses awal periode.

Contoh Harga Pokok Proses #1:
PT Era Milenia Jaya mengolah produknya secara masal melalui satu departemen produksi.

Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:

    Biaya bahan baku                 = Rp 5.000.000
    Biaya Bahan penolong         = Rp 7.500.000
    Biaya tenaga kerja                = Rp 11.250.000
    Biaya overhead pabrik         = Rp 16.125.000
    Total biaya produksi         = Rp 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah:
    Produk jadi                                            = 2.000 kg
    Produk dalam proses pada akhir bulan =    500 kg
Dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut:
    Biaya bahan baku            = 100%
    Biaya bahan penolong     = 100%
    Biaya tenaga kerja           =   50%
    Biaya overhead pabrik     =   50%

Yang menjadi masalah adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang. Dan harga pokok persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai diproduksi. Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2020. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk jadi dan akan dihasilkan informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang. Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode, biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses.

Dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

#1: Biaya Bahan Baku:
Dari data contoh soal di atas, kita melihat bahwa biaya bahan baku sebesar Rp 5.000.000 digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 500 kg persediaan produk dalam proses. Jadi ekuivalensi biaya harga bahan baku adalah:

= 2.000 + (100% x 500)
= 2.500 kg

 #2: Biaya Bahan Penolong
Bahan penolong yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 7.500.000 menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses. Tingkat penyelesaian 100%.Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong adalah 2.500 kg yang dihitung sebagai berikut:

= 2.000 + (100% x 500) = 2.500 kg

 #3: Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 11.250.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses. Dengan tingkat penyelesaian biaya tenaga kerja 50%. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah 2.250 kg, yang dihitung sebagai berikut:

= 2.000 + (50% x 500) = 2.250 kg

 #4: Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 16.125.000. Dan menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian 30%. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong dihitung sebagai berikut:

= 2.200 + (30% x 500) = 2.150 kg.

Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 2020 dilakukan dengan membagi tiap unsur-unsur harga pokok produksi, yaitu:
  1. biaya bahan baku,
  2. biaya bahan penolong,
  3. biaya tenaga kerja, dan
  4. biaya overhead pabrik, seperti berikut ini:
metode harga pokok proses 2 departemen
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dari harga pokok persediaan produk dalam proses dihitung sebagai berikut:

 (1). Harga pokok produk jadi: 2.000 x Rp 17.500 = Rp 35.000.000
 (2). Harga pokok persediaan produk dalam proses:
                Biaya bahan baku : 100% x 500 x Rp 2.000             = Rp 1.000.000
                Biaya bahan penolong : 100% x 500 x Rp 3.000      = Rp 1.500.000
                Biaya TK : 50% x 500 x Rp 5.000                            = Rp 1.250.000
                Jumlah = Rp 4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan Januari 2020 = (1) – (2) = Rp 39.875.000
 

#5: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang terjadi bulan Januari 2020, dicatat dengan jurnal berikut ini: 
  • Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku         Rp 5.000.000
                                [Kredit] Persediaan Bahan Baku                              Rp 5.000.000
  • Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong     Rp 7.500.000
                                [Kredit] Persediaan Bahan Penolonh                          Rp 7.500.000
  • Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja          Rp 11.250.000
                                [Kredit] Gaji dan Upah                                               Rp 11.250.000
  •  Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik     Rp 16.125.000
                                [Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit                  Rp 16.125.000
  •  Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:
            [Debit] Persediaan Produk Jadi                                              Rp 35.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku           Rp 4.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong     Rp 6.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya TK                          Rp 10.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik     Rp 15.000.000

            Note:
                    = 2.000 kg x Rp 5.000
                    = 2.000 kg x Rp 7.500
  • Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah pada akhir bulan Januari 2020:
          [Debit] Persediaan Produk Dalam Proses                                  Rp 4.875.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku          Rp 1.000.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong    Rp 1.500.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja          Rp 1.250.000
                                [Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik      Rp 1.125.000
  • Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
  • Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan:
    • Produk hilang pada awal proses.
    • Produk hilang pada akhir proses


Metode harga pokok proses dua departemen adalah penggunaan metode harga pokok proses produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh di atas.

Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah produk jadi dari departemen sebelumnya, yang juga membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnya. Maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama, terdiri dari:
  1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya.
  2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama.
Contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh 2 berikut:

Perhatikan contoh metode harga pokok proses berikut ini:
PT Xidev Bening Jaya memiliki dua departemen produksi Departemen A dan Departemen B untuk menghasilkan produknya.

Dan produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:

Departemen A:
    Dimasukkan dalam proses                             = 35.000 kg
    Produk selesai yang ditransfer ke Dept B     = 30.000
    Produk selesai yang ditransfer ke gudang     = 0
    Produk dalam proses akhir bulan                  = 5.000 kg
    Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:
    Biaya bahan baku             = Rp 70.000
    Biaya tenaga kerja            = Rp 155.000
    Biaya overhead pabrik     = Rp 248.000
    Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
    Biaya bahan baku             = 100%
    Biaya konversi                 = 20%

Departemen B:
Dimasukkan dalam proses
Produk selesai yang ditransfer ke Dept B
Produk selesai yang ditransfer ke gudang = 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan              = 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:
Biaya bahan baku            = Rp 0
Biaya tenaga kerja           = Rp 270.000
Biaya overhead pabrik     = Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku     = –
Biaya konversi         = 50%

 
A: Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A
metode pengumpulan harga pokok produksi
Untuk menghitung harga pokok produk selesai Departemen A yang ditransfer ke Departemen B.

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020, perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer Departemen A ke Departemen B.

Dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer tersebut.

Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir periode.

Biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses, dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi Departemen A dalam bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

#1: Biaya Bahan Baku:
Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 sebesar Rp 70.00 menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.

Tingkat penyelesaian 100%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah:

= 30.000 kg + (100% x 5.000 kg) = 35.000 kg.

 #2: Biaya Konversi:
Biaya konversi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan Departemen A bulan Januari 2020 adalah Rp 155.000.

Dan menghasilkan 300.000 kg produk jadi  dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.

Tingkat penyelesaian 20%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah:

= 30.000 kg + (20% x 5.000 kg) = 31.000 kg.

Perhitungan biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi, yaitu
  • biaya bahan baku,
  • biaya bahan penolong,
  • biaya tenaga kerja, dan
  • biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh Departemen A.
Harga Pokok Produksi per Satuan Departemen
Harga Pokok Produksi per Satuan Departemen

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B.

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang di transfer ke Departemen B:
= 30.000 x Rp 15 = Rp 450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku: 100% x 5.000 = Rp 10.000
Biaya TK: 20% x 5.000 = Rp 5.000
Biaya Overhead Pabrik: 20% x 5.000 = Rp 8.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan Januari 2020:
= (a) + (b)
= Rp 450.000 + Rp 23.000 = Rp 473.000
 

#3: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A
Berdasarkan informasi biaya produksi Departemen A tersebut, biaya produksi yang terjadi dalam Departemen A di bulan Januari 2020 dicatat dengan jurnal berikut ini:
  • Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
            [Debit] Barang dalam Proses – By Bahan Baku Dept A  Rp 70.000
                            [Kredit] Persediaan Bahan Baku   Rp 70.000
  •  Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
            [Debit] Barang Dalam Proses – Biaya TK Departemen A  Rp 155.000
                            [Kredit] Gaji dan Upah  Rp 155.000

  •  Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:
            [Debit] Barang Dalam Proses – BOP Departemen A  Rp 248.000
                            [Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit   Rp 248.000

  •  Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B:
            [Debit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen B  Rp 450.000
                                [Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen A  Rp 60.0001
                                [Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A  Rp 150.0002
                                [Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 240.0003

            Note:
                1: 30.000 kg x Rp 2 = Rp 60.000
                2: 30.000 kg x Rp 5 = Rp 150.000
                3: 30.000 kg x Rp 8

  •  Jurnal umum untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam Departemen A di akhir bulan Januari 2020:
            [Debit] Persediaan Produk Dalam Proses – Dept A  Rp 23.000
                                [Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Dept A  Rp 10.000
                                [Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A  Rp 5.000
                                [Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept A  Rp 8.000

 B: Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen B

#1: Perhitungan Biaya Produksi
Dari contoh di atas, terlihat bahwa 30.000 kg produk selesai yang diterima oleh Departemen B dari Departemen A, telah menambah total biaya produksi dari Departemen A sebesar Rp 450.000, atau Rp 15 per kg. Untuk mengolah produk yang diterima dari Departemen A tersebut, Departemen B mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik bulan Januari 2020 berturut-turut sebesar Rp 270.000 dan Rp 405.000. Dari 30.000 kg produk yang diolah Departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang sebanyak 24.000 kg. Dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya konversi.

Untuk menghitung harga pokok produk jadi Departemen B yang ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir Januari 2020. Perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi biaya yang ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari Departemen A. Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir periode. Harga pokok produk yang berasal dari Departemen A harus ditambah dengan biaya produksi per satuan yang ditambahkan Departemen B.Dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses tersebut dengan memperhitungkan tingkat penyelesaiannya. Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh Departemen B dalam Januar 2020.

Dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020.

Yaitu biaya untuk memproses 30.000 kg produk yang diterima dari Departemen A sebesar Rp 155.000 tersebut.

Di mana dalam proses tersebut menghasilkan 24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg persediaan produk dalam proses yang tingkat penyelesaian biaya konversianya sebesar 50%.

Hal ini berarti biaya konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 24.000 kg.

Dan 3.000 kg persediaan produk dalam proses.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konsersi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai berikut:

= 24.000 + (50% x 6.000)
= 27.000 kg

Perhitungan biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020.

Dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen B seperti berikut ini:
Perhitungan Biaya Produksi 
Perhitungan Biaya Produksi per Satuan yang Ditambahkan Dalam Departemen B
Setelah biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dihitung.

Harga pokok produksi selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung berikut ini:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang:
Harga pokok dari Dept A: 24.000 x Rp 15 = Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dept B: 24.000 x Rp 25 = Rp 600.000
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer Departemen B ke Gudang:
24.000 x Rp 40 = Rp 960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Departemen A: 6.000 x Rp 15 = Rp 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh Departemen B:
Biaya TK: 50% x 6.000 x Rp 10 = Rp 30.000
BOP: 50% x 6.000 x Rp 15 = Rp 45.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dept B:
= (d) + (e)
= Rp 90.000 + 75.000
= Rp 165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Dept B bulan Januari 2020:
= (b) + (f)
= Rp 960.000 + Rp 165.000
= Rp 1.125.000
 

#2: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen B

 A: Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari Departemen A:
[Debit] Barang Dalam Proses  Biaya Bahan Baku Dept B Rp 450.000
[Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen A  Rp 60.000
[Kreditit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 150.000
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik  Departemen A Rp 240.000

 

B: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:
[Debit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen B  Rp 270.000
[Kredit] Gaji dan Upah  Rp 270.000

 

C: Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik:
[Debit] Persediaan Produk Jadi  Rp 405.000
[Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit  Rp 405.000

 

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang:
[Debit] Persediaan Produk Jadi   Rp 960.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Departemen B  Rp 360.0001
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Departemen B  Rp 240.0002
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen B  Rp 360.0003

Note:
1: 24.000 kg x Rp 15 (harga pokok produksi per kg dari Dep A)
2: 24.000 kg x Rp 10 (biaya tenaga kerja yang ditambahkan oleh Dept B)
3: 24.000 kg x Rp 15 (Biaya Ov. Pabrik yang ditambahkan oleh Dept B)

 

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam Dept B pada akhir bulan Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses Dept B Rp 165.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B  Rp 90.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B Rp 30.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabri Dept B Rp 45.000

🙏Thank you For Reading
🌺Hopefully Useful

 


Post Top Ad