Teacher Diarys Blogger

Post Top Ad

MANUSIA PURBA INDONESIA

 

 

Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan makhluk hidup dengan tiga jenis yang berbeda, yaitu; manusia; hewan,dan tumbuhan. Manusia diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Selain itu, manusia juga diberikan akal pikiran agar bisa menjalankan peranannya dalam kehidupan. Manusia yang ada pada saat ini merupakan transfomasi dari manusia-manusia yang telah lebih dahulu diciptakan sebelumnya. Dalam pembabakan sejarah manusia, kita mengenal yang namanya manusia purba. Penelitian dan kajian tentang manusia purba ini banyakdilakukan di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah di negara kita Indonesia.Kajian tentang manusia purba menarik para paleoantropolog untuk meneliti lebih jauh asal usul dan perkembangannya. Di Indonesia sendiri sudah banyak penelitian tentang manusia purba tersebut. Hasil
penelitiannya berupa penemuan fosil-fosil manusia purba seperti, Pithecanthropus erectus, Meganthropus palaeojavanicus, Homo soloensis, dan lain-lain. Penemuan fosil manusia purba ternyata ditemukan di berbagai belahan dunia lainnya, seperti penemuan manusia purba Homo pekinensis di Beijing, Homo heidelberg di Jerman, Homo rhodesiansis di Zimbabwe, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya marilah kita pelajari materi tentang manusia purba di Indonesia dan dunia pada bab ini.

Manusia Purba Indonesia

Pernahkah kita berpikir kapan manusia muncul di Indonesia? Manusia yang ada di Indonesia sekarang berasal dari mana? Seperti apa manusia pertama yang mendiami wilayah Indonesia? Apakah ada hubungan manusia Indonesia dengan manusia di belahan bumi lainnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kita jawab dengan pembahasan berikut.
 
Di zaman dahulu kala kira-kira pada zaman Pleistosen sekitar 1,9 juta tahun yang lalu, di Indonesia telah dihuni oleh manusia. Manusia yang hidup pada zaman itulah yang disebut sebagai manusia purba. Penelitian tentang manusia purba atau fosil manusia sebenarnya merupakan bidang kajian paleoantropologi (antropologi ragawi).

Manusia pertama yang muncul di bumi ketika zaman Pleistosen adalah Pithecanthropus. DiIndonesia, fosil manusia purba banyak ditemukan di Jawa. Para tokoh peneliti manusia purba di Indonesia, antara lain Dokter Eugene Dubois yang meneliti di Trinil serta C. Ter Haar, Oppennoorth, dan Von Koenigswald yang meneliti di daerah Ngandong, Ngawi, Mojokerto, Sangiran, dan Sragen (Jawa Tengah).Berdasarkan temuannya, manusia purba di Indonesia digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu jenis Meganthropus, Pithecąnthropus, dan Homo.

1. Meganthropus

Meganthropus palaeojavanicus (Mega = besar, anthropuS = manusia, palaeo = tua, javanicus =Jawa; manusia raksasa tertua dari Jawa) ditemukan di Sangiran oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941, berupa bagian rahang bawah dan tiga buah gigi, terdiri atas gigi taring dan dua geraham. Meganthropus berasal dari lapisan Pleistosen Bawah, dianggap paling primitif. Meganthropus palaeojavanicus termasuk jenis Homo habilis (makhluk yang mirip manusia dan mirip monyet agak berimbang). Disebut habilis, karena pada tempat- tempat penemuan tulang-belulangnya ditemukan pula
jenis-jenis batu yang tampaknya telah dipergunakan untuk peralatan, sekalipun jenis-jenis batu itu belum diolah.

Meganthropus palaeojavanicus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Hidup antara 2.500.000-1.250.000 tahun yang lalu.
  • Memiliki tulang pipi yang tebal.Memiliki otot kunyah atau rahang yang kuat.
  • Memiliki tonjolan kening yang mencolok.
  • Memiliki tonjolan belakang yang tajam.
  • Tidak memiliki dagu.
  • Memiliki perawakan yang tegap
  • Memakan jenis tumbuhan.

2. Pithecanthropus


Pithecanthropus (Pithe = kera, anthropus = manusia, artinya manusia kera). Fosilnya banyak ditemukan di daerah Trinil (Ngawi), Perning daerah Mojokerto, Sangiran (Sragen, Jawa Tengah), dan Kedungbrubus (Madiun, Jawa Timur). Di Indonesia makhluk Pithecanthropus hidup pada masa Pleistosen Awal sampai masa Pleistosen Akhir. Makhluk itu sudah berdiri tegak dan diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu.Manusia purba jenis Pithecanthropus memiliki ciri-ciri tubuh dan kehidupan sebagai berikut:
  • Memiliki rahang bawah yang kuat.
  • Memiliki tulang pipi yang tebal.
  • Keningnya menonjol.
  • Tulang belakang menonjol dan tajam.
  • Tidak berdagu.
  • Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
  • Memakan jenis tumbuhan.
  • Tinggi badan sekitar 165-180 cm.
  • Volume otak berkisar antara 750-1350 cc.

Berdasarkan banyaknya temuan fosil di lembah Sungai Bengawan Solo, maka Dr. Von Koenigswald membagi lapisan Diluvium lembah Sungai BengawanSolo menjadi tiga, yaitu:
  • Lapisan Jetis (Pleistosen Bawah).
  • Lapisan Trinil (Pleistosen Tengah)
  • Lapisan Ngandong (Pleistosen Atas).
Jenis Pithecanthropus ini paling banyak jenisnya ditemukan di Indonesia. Ada beberapa jenis Pithecanthropus yang diketahui, antara lain:

  • Pithecanthropus robustus (Pithecanthropuss  mojokertensis)
Pithecanthropus robustus, artinya manusia kera  berahang besar. Fosilnya ditemukan di Sangiran tahun 1939 oleh Weidenreich. Von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecanthropus mojokertensis, penemuannya pada lapisan Pleistosen Bawah yang ditemukan di Mojokertoo antara tahun 1936-1941. Pithecanthropus mojokertensis artinya manusia kera dari Mojokerto.Fosilnya berupa tengkorak anak berumur 5 tahun.Jenis ini memiliki ciri hidung lebar, tulang pipi kuat,tubuhnya tinggi, dan hidupnya masih dari mengumpulkan makanan (food gathering)


  • Pithecanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak)
Pithecanthropus erectus (Pithe = kera,Canthropus = manusia, erectus = berdiri), namaErectus yang artinya berdiri diberikan berdasarkan temuan fosil tulang paha yang kemudian diduga makhluk ini sudah berjalan tegak. Fosil ini ditemukan Dr. Eugene Dubois tahun 1890, 1891, dan 1892 di Kedungbrubus (Madiun) dan Trinil (Ngawi). Temuannya berupa rahang bawah, tempurung kepala, tulang paha, serta geraham atas dan bawah. Berdasarkan penelitian para ahli, Pthecanthropus erectus memiliki ciri tubuh sebagai berikut;
    1. Berjalan tegak.
    2. Volume otaknya melebihi 900 cc.
    3. Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat.
    4. Tinggi badannya sekitar 160-180 cm.
    5. Berat badannya sekitar 80-100 kg.
    6. Makanannya masih kasar dengan sedikit dikunyah.
    7. Hidupnya sekitar 1.000.000 sampai 500.000 tahun yang lalu.
    8. Geraham yang lebih besar.
    9. Hidup secara berkelompok.
    10. Hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan.
    11. Makanan belum diolah.
    12. Sudah mengenal alat dari batu.
Hasil temuan Pithecanthropus erectus ini oleh para ahli purbakala dianggap sebagai temuan yang amat penting, karena diyakini sebagai missing link, yakni makhluk yang kedudukannya antara kera dan manusia. Penemuan ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan sebab seakan-akan dapat membuktikan teori yang dikemukakan oleh Charles Darwin dalam teori evolusinya. Darwin dalam bukunya yang berjudul The Descent of Man (Asal Usul Manusia) menerapkan teori berupa perkembangan binatang menuju manusia dan binatang yang palingmendekati adalah kera. Hal ini diperkuat penemuan manusia Neanderthalensis di Jerman yang menyerupai kera maupun manusia.

C. Pithecanthropus soloensis

Pithecanthropus soloensis (manusia kera dari Solo) ditemukan oleh Von Koenigswald, Oppennoorth,
dan Ter Haar pada tahun 1931-1933 di Ngandong, tepi Sungai Bengawan Sol0. Hasil temuannya ini memiliki peranan penting karena menghasil kan satu seri tengkorak dan tulang Kening. Pithecanthropus soloensis memiliki Ciri-ciri sebagai berikut:
  • Volume otak 1.000-1.300 cc.
  • Tinggi badan antara 165-180 cm.
  • Hidup antara 900.000-300.000 tahun yang lalu.
  • Berdiri tegak.
  • Tengkorak sudah mendekati manusia.
Hasil-hasil kebudayaan Pithecanthropus, salah satunya adalah alat-alat Pacitan yang berasal dari lapisan yang sama dengan ditemukannya fosil Pithecanthropus, sehingga diperkirakan bahwa alat-alat tersebut dibuat dan digunakan oleh manusia purba jenis Pithecanthropus. Budaya Pacitan pada hakikatnya memiliki dua macam tradisi alat-alat batu, yaitu tradisi batu inti yang menghasilkan alat-alat dari pemangkasan segumpal batu atau kerikil dan tradisi serpih, yang menyiapkan alat-alat dari serpihan atau pecahan batu.

3. Homo

Homo adalah jenis manusia purba yang memiliki sifat-sifat seperti manusia sekarang (Homo sapiens). Hidup antara 60.000-25.000 tahun yang lalu. Jenis manusia purba Homo di lndonesia digolongkan menjadi dua macam yang didasarkan pada daerah penemuannya, yaitu:

  • Homo soloensis
Manusia tersebut dinamakan Soloensis, karena fosil-fosilnya bertebaran di sepanjang Bengawan Solo, yaitu di Ngandong, Sambungmacan, dan Sangiran.Dari daerah ini, ditemukan dua buah tulang kaki dan sebelas tengkorak dengan ukuran yang lebih besar daripada Pithecanthropus yang lebih tua umurnya. Menurut Koenigswald, manusia purba ini memiliki tingkat berpikir lebih tinggi daripada Pithecantropus erectus. Suatu analisis cermat atas tengkorak tersebut yang dilakukan oleh ahli paleoantropologi di Indonesia (Teuku Jacob, 1967) membenarkan bahwa manusia Ngandong itu merupakan keturunan langsung dari PithecanthropuS erectus. Ciri Homo soloensis, di antaranya:
    1. Tonjolan yang tebal di tempat alis.
    2. Dahi miring ke belakang.
    3. Hidup sekitar 300.000 tahun yang lalu.
    4. Sudah menggunakan perkakas dari batu, seperti kapak genggam.
    5. Hidup secara berkelompok di daerah sungai.
  • Homo wajakensis
Fosil manusia purba Homo wajakensis ditemukan di daerah Wajak, Jawa Timur. Jenis manusia ini ditemukan oleh Van Reitschoten di lembah Sungai Brantas. Penelitian kemudian dilanjutkan oleh Eugene Dubois. Dubois melihat Homo wajakensis memiliki persamaan dengan tengkorak penduduk asli Australia. Hal ini terilhat dari kemiripan dengan manusia purba ras Australoid yang ditemukan di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami daerah Irian dan Australia. Oleh karena itu, Eugene Dubois menduga Homo wajakensis termasuk dalam ras Australoid, bernenek moyang Homo soloensis, dan kelak menurunkan langsung bangsa asli Australia.
 
Menurut Von Koenigswald, Homo wajakensis seperti juga Homo soloensis berasal dari lapisan Pleistosen Atas dan sudah dikelompokkan dalam jenis Homo sapiens. Karena sifat-sifat fisiknya lebih mendekati manusia sekarang (lebih muda dari manusia Solo). Dari sisa-sisa penemuan, Homo wajakensis sudah mengenal penguburan. Di Pulau Jawa dan bagian barat Kepulauan Indonesia, diperkirakan manusia purba mengembangkan kebudayaan berburu di daerah muara-muara sungai, tidur di belakang tadah angin atau gua-gua, dan membuat perahu lesung yang mula-mula digunakan untuk menangkap Ikan di rawa-rawa sepanjang pantai. Sebagai alat pemotong, mereka menggunakan kapak tangan berbentuk cakram yang diasah tajam. Sisa-sisa alat ini ditemukan di situs-situs prasejarah, seperti abris sous roche dan kjokkenmoddinger di Jawa Timur, Sumatra Timur dan Utara, Malaysia hingga Vietnam Utara.


Manusia purba dari ras Australomelanesoid di bagian timur kepulauan nusantara dan Irian sudah membuat lukisan-lukisan gua juga alat-alat daripecahan batu kecil (flakes) sebagai alat pemotong dengan pegangan kayu. Alat-alat ini mereka bawa dan sebarkan ke arah barat, hal ini terlihat dengan ditemukan alat-alat tersebut di gua-gua purba Jawa Timur. Hal ini menandakan bahwa ada arus migrasi ke Pulau Jawa. Kira-kira abad 40 sebelum masehi Pulau Jawa merupakan daerah pertemuan dari ras dan kebudayaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri Mongoloid yang terdapat di Indonesia disebabkan
karena ada arus migrasi yang berasal dari daratan Asia dan yang bergerak ke pulau-pulau di Indonesia
Timur. Mereka mengikuti rute persebaran kompleks kebudayaan Bacson-Hoabinh, dalam perjalanannya ke kepulauan nusantara, orang-orang ras Mongoloid itu terkadang bertemu dan berbaur dengan orang orang ras Australoid yang datang dari kepulauan di sebelah timur dan berpindah ke arah barat sampai ke Jazirah Melayu.


🙏Thank you For Reading
🌺Hopefully Useful



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad