Teacher Diarys Blogger

Post Top Ad

METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL, PENDAPATAN PERKAPITA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

1.   METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

             Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

    • Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
    • Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
    • Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X-M)

    a. Pendekatan Produksi

                               Pendapatan nasional merupakan nilai seluruh barang jadi (barang final) dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negra dalam jangka waktu tertentu selama satu tahun. Supaya tidak terjadi kekeliruan dalam perhitungan, maka barang-barang yang dihitung dalampendekatan produksi hanya barang jadi (barang final), sedangkan barang setengan jadi tidak termasuk dalam perhitungan.
                    Untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda, maka yang dihitung adalah nilai tambah dari setiap proses produksi sampai barang tersebut tiba di tangan konsumen.Ditinjau dari sudut pandang pendekatan produksi secara sistematis, pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
NI = PPQPQ+ ...... PQ
                                    NI = National Income (Pendapatan Nasional)
                       P   = Harga Barang dan Jasa
                       Q  = Jumlah Barang dan Jasa
                       1,2,3 dan n adalah jenis barang dan jasa 

Menurut pendekatan produksi, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi secara garis besar dibagi menjadi 11 sektor atau lapangan usaha, yaitu:
    • Pertanian
    • Pertambangan dan penggalian
    • Industri Pengolahan 
    • Listrik,gas, dan air minum
    • Bangunan
    • Perdagangan 
    • Pengangkutan dan komunikasi
    • Bank dan lembaga keuangan lainnya
    • Sewa rumah
    • Pemerintahan
    • jasa-jasa
Dalam perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dilakukan dengan menjumlahkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha (sektor) di suatu negara selama satu tahun. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan itu terutama dimaksudkan untuk mengetahui besarnya sumbangan dari beberapa sektor dalam mewujudkan pendapatan nasional.

         b. Pendekatan Pendapatan

                 Dilihat dari pendekatan ini pendapatan nasional merupakan jumlah seluruh pendapatan yang terima pemilik faktor produksi baik berupa sewa tanah, upah, bunga modal, dan laba pengusaha maupun pendapatan dari setiap usaha perorangan di suatu negara. Jika dilihat dari prndekatan pendapatan secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
NI = R + W + I + P
                        NI = National Income (Pendapatan Nasional)
                        R   = Rent (Sewa)
                        W  = Wages (Upah)
                         I   = Interest (Bunga)
                        P   = Profit (Keuntungan atau laba pengusaha)
Pendekatan pendapatan mengelompokkan faktor-faktor produksi dan pendpatannya menjadi empat, yaitu:

    1. tenaga kerja, dengan pendapatan berupa gaji dan upah
    2. tanah dan harta tetap lainnya, dengan pendapatan berupa sewa
    3. Modal, dengan pendapatan berupa bunga
    4. keahlian atau kewirausahaan, dengan pendapatan berupa keuntungan
hasil yang diperoleh melalui pendekatan pendapatan akan sama dengan hasil yang diperoleh melalui pendekatan produksi.

        c. Pendekatan Pengeluaran

                     Menurut pendekatan pengeluaran, pendapatan nasonal merupakan seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun tertentu. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
GNP = C + I + G + (X-M)
                        GNP = Gross Nastional Product (Produksi Nasional Bruto)
                        C      = Consumption (Pengeluaran Konsumsi)
                        I       = Investment (Investasi)
                        G     = Goverment Expediture (Pengeluaran pemerintah, baik untuk konsumsi maupun investasi)
                        X     = Ekspor
                        M    = Impor

untuk menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, kegiatan ekonomi suatu negara dikelompokkan menjadi empat sektor, yaitu:

    1. sektor rumah tangga
    2. sektor pemerintah
    3. sektor perusahaan 
    4. sektor masyarakat luar negeri
Berdasarkan pengelompokkan tersebut, terdapat empat jenis pengeluaran yaitu:
                1. Pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga
                          Dalam perhitungan pendapatan nasional, konsumsi oleh rumah tangga (C) menunjuk pada pengeluaran total rumah tangga
                2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
                           Pemerintah melakukan pengeluaran untuk melayani masyarakat saat ini dan untuk membentuk modal tetap. Pengeluaran untuk melayani masyarakat dinamakan pemgeluaran konsumsi pemerintah (G), antara lain untuk pembayaran gaji pegawai negeri, dan pembelian alat-alat kantor. Pengeluaran pemerintah untuk tujuan investasi dimasukkan ke dalam pengeluaran untuk pembentukan modal tetap domestik, seperti pengeluaran untuk pembagunan prasarana jalan, jembatan dan jaringan irigasi
                3. pengeluaran Investasi oleh perusahaan 
                               Investasi adalah pembentuk barang dan jasa untuk menghasilkan barang dan jasa lain. Pengeluaran investasi (I) merupakan pengeluaran untuk menambah barang modal tetap dan persediaan (stock) yang terdiri atas bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi.
                 4. Pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa ekspor impor oleh masyarakat luar negeri
                       Pengeluaran masyarakat luar negeri untuk membeli barang dan jasa ekspor (X) dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional karena pengeluaran itu menaikan nilai barang dan jasa yang diproduksi. Yang diperhitungkan dalam perhitungan pendpatan nasional adalah ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor (X) dan impor (M).
                               

          Ketiga metode penghitungan Pendapatan Nasional ini menghasilkan hasil yang sama karena 
Produk Nasional = Pendapatan Nasional = Pengeluaran Nasional.
        Dengan menggunakan 3 metode pendekatan pendapatan nasional yaitu produksi, pendapatan, dan pengeluaran dapat membantu suatu negara untuk menentukan jumlah atau besarnya pendapatan nasional. Karena besar kecilnya pendapatan nasional suatu negara menentukan maju dan berkembangnya suatu negara karena berhubungan dengan laju perekonomian negara.

           Dalam perhitungan Pendapatan Nasional Indonesia, pemerintah lebih menekankan pengguaan pendekatan produksi dan pengeluaran, sedangkan pendekatan pendapatan hampir tidak pernah digunaka. Oleh karena itu, Badan Pusat Statistik (BPS) hanya mengeluarkan perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran sebagai perbandingan. Negara yang menggunakan pendekatan pengeluaran dan pendapatan dalam menghitung pendpatan nasional adalah Amerika Serikat.   .  

2. PENDAPATAN PER KAPITA

A. Pengertian dan manfaat pendapatan perkapita
        Pendapatan nasional merupakan gambaran kemampuan suatu negara dalam sumber daya yang masih potensial untuk direalisir menjadi produk nasional. Indonesia yang mempunyai banyak sumber daya belum dapat sepenuhnya mengolah sumber daya itu menjadi produk. Semakin tinggi kemampuan suatu negara dalam mengolah potensi ekonominya,maka akan bertambah tinggi pula tingkat pendapatan nasional yang dapat diperoleh negara yang bersangkutan. 
           Pendapatan nasional tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya kriteria untuk melihat kemajuan suatu negara di bidang perekonomian.pendapatan nasional pada suatu negara tertentu hanya menggambarkan keadaan statis pada waktu itu. untuk melihat kemajuan ekonomi suatu negara perlu ada dua unsur yaitu sebagai berikut:
    • pertambahan pendapatan nasional dari tahun ke tahun yang akan menggambarkan pertumbuhan ekonomi.
    • pendapatan perkapita yang akan menggambarkan pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara.
Jadi, kemajuan ekonomi selain diukur dengan pertambahan pendapatan nasional juga diukur dengan pertambahan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun. 
        Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB per kapita.
         Pendapatan perkapita dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
                              Keterangan: 
                              NY = pendapatan nasional (national income)
                              Sigma p = jumlah penduduk (total population)
            
          Meskipun dapat digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi suatu negara,pendapatan perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara. untuk melihat tingkat kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari:
      • Pembagian atau distribusi pendapatan nasional.apabila pendapatan nasional hanya menumpuk pada segelintir orang saja,maka negara itu tidak dapat dikatakan makmur walaupun pendapatan nasionalnya tinggi dan pendapatan perkapitan tinggi.
      • Persentase penduduk negara itu yang masih hidup dibawah garis kemiskinan.
      • kemudahan memperoleh bahan-bahan kebutuhan hidup yang utama, seperti sandang,pangan dan papan.
      • Kemudahan memperoleh lapangan kerja dengan balas jasa yang setimpal.
B. Hubungan pendapatan nasional penduduk dan pendapatan perkapita
            Dalam rangka mencapai kemakmuran suatu negara, usaha peningkatan pendapatan nasional menjadi suatu keharusan.usaha peningkatan pendapatan nasional harus disertai dengan pengendalian pertumbuhan penduduk. Apabila pertumbuhan penduduk berlangsung tanpa kendali,peningkatan pendapatan perkapita tidak akan mencapai hasil yang memuaskan. Bahkan bisa terjadi pendapatan perkapita akan menurun. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan agar tingkat pertumbuhannya tidak melebihi pendapatan nasional.
             Bagi Indonesia yang tingkat pertumbuhan penduduknya relatif tinggi, usaha pengendalian penduduk dilakukan dengan melaksanakan program keluarga berencana sebagai suatu kebijakan pemerintah. Disamping itu perlu pula perhatian nilai riil pendapatan. Mungkin saja nilai nominal pendapatan mengalami kenaikan, tetapi nilai relnya menurun sebagai akibat kenaikan harga. Bagi negara-negara yang mengalami inflasi berat, pendapatan perkapita riilsulit ditingkatkan.

C. Perbandingan laju PDB Indonesia dengan laju PDB luar negeri
             untuk melihat tingkat kemajuan ekonomi Indonesia dalam dunia internasional,kita perlu membandingkan laju produk domestik bruto Indonesia dengan beberapa negara di dunia baik dengan sesama negara berkembang maupun dengan negara-negara maju. 
            Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2017 sebesar 5,19%. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 tercatat sebesar 5,07%.

Dibandingkan dengan negara-negara di regional, pencapaian Indonesia bisa disebut di tengah-tengah. Di lingkup Asia, ada negara yang berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi lebih baik. 
             Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di kawasan Asia tenggara dengan produk domestik bruto mencapai US$1,02 triliun atau setara Rp 13.588 triliun. Namun, karena jumlah penduduknya banyak membuat PDB perkapita Indonesia kalah dibanding dengan Singapura,Malaysia maupun Thailand. Berdasarkan data tradingeconomics PDB perkapita Indonesia pada tahun 2017 sebesar US$ 4.130 atau Rp 51,89 juta berada di posisi kelima dari 10 negara-negara anggota ASEAN.
            Sedangkan perbandingan Indonesia dengan negara maju masih sangat jauh akan tetapi pada tanggal 10 Februari 2020, Indonesia telah dikeluarkan dari daftar anggota negara berkembang dalam prinsip hukum countervailing duty (CVD). Hal ini dikarenakan Indonesia memenuhi 2 indikator, yaitu pangsa pasar mencapai 1% ke dunia dan menjadi anggota dalam kelompok grup twenty (G-20). Namun, Indonesia tidak memenuhi indikator dari produk domestik bruto per kapita.

United States Trade Representative (USTR) menyebutkan, negara maju memiliki PDB perkapita sebesar US$ 12.375. PDB per kapita Indonesia menurut data Bank Dunia pada 2018 hanya US$ 3.840, sedangkan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) mencatatkan US$ 3.870. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan rata-rata PDB per-kapita negara maju yang mencapai US$ 47.970. Pada 2019 negara maju mencatatkan PDB per-kapita sebesar US$ 48.250, sedangkan Indonesia hanya US$ 4.160. IMF memproyeksikan PDB per-kapita Indonesia pada 2020 sebesar US$ 4.460, jauh dari negara maju yang sebesar US$ 49.670.

D. Pendapatan perkapita dan kemiskinan

              pertumbuhan ekonomi yang baik ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Meski perekonomian Indonesia 2019 mengalami perlambatan, produk domestik bruto (PDB) per kapita justru Indonesia mengalami peningkatan. Pada 2019, PDB per kapita Indonesia mencapai Rp 59,1 juta atau setara dengan US$ 4.174,9. Angka ini meningkat 5,5% dibandingkan dengan 2018 yang sebesar Rp 56 juta dan 2017 yang sebesar Rp 51,89 juta. 

                Sebagai informasi, ekonomi Indonesia pada 2019 tumbuh 5,02%, melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,17%. Sementara pada kuartal IV 2019 hanya tumbuh 4,97% dan merupakan yang terendah sejak 2016. Perlambatan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global.

.                Pada tahun 2013 menteri Keuangan Hatta Rajasa mengatakan bahwa jumlah kemiskinan dan pengangguran menurun tajam setelah reformasi digulirkan. kemiskinan di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 17% namun saat ini kemiskinan hanya menyentuh 11,6%. Sementara itu, jumlah pengangguran juga mengalami penurunan dari 10% pada tahun 2004 menjadi 5,902% pada tahun 2013. jumlah pendapatan perkapita Indonesia juga mengalami peningkatan dari 1100 us dolar perkapita per tahun menjadi 4000 US Dollar per kapita per tahun.

               Badan pusat statistik BPS mencatat angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2019 mencapai 25,44 juta orang atau sebesar 9,401%. angka ini turun sebesar 0,53 juta orang dibandingkan September 2018 seiring naiknya garis kemiskinan Indonesia. jika rata-rata 1 rumah tangga di Indonesia yang memiliki 4 hingga 5 anggota keluarga maka garis kemiskinan rata-rata secara nasional menjadi sebesar Rp 1,9 juta per rumah tangga per bulan.artinya apabila ada satu rumah tangga yang memiliki pendapatan dibawah Rp 1,9 juta maka itu termasuk ke dalam kategori miskin.

        Pendapatan perkapita bukan merupakan satu-satunya tolak ukur untuk menilai tingkat kemakmuran suatu bangsa atau kesejahteraan rakyat sebuah negara. pendapatan perkapita adalah sebuah konsep rata-rata dan belum memperhatikan distribusi pendapatan di kalangan penduduk. sedangkan penilaian kesejahteraan penduduk di suatu negara harus pula memperhatikan distribusi itu dikalangan penduduk. 

               Tolak ukur lain mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk sebuah negara juga dapat dilihat dari angka harapan hidup, rasio dokter penduduk, indeks mutu kehidupan secara fisik dan masih banyak lagi.

3. DISTRIBUSI PENDAPATAN 

A. Pengertian Distribusi Pendapatan
             Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan karena cakupannya tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis kemiskinan. Kebanyakan dari ukuran dan indikator yang mengukur ti ngkat distribusi pendapatan tidak tergantung pada rata-rata distribusi, dan karenanya membuat ukuran distribusi pendapatan dipertimbangkan lemah dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan.

B. Distribusi dan Pemerataan Pendapatan
            Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang seringdigunakan dalam penelitian.
      1. indikator distribusi pendapatan perorangan.
      2. Kedua, kurva Lorenz.
      3. koefisien gini.
            Masing-masing indikator tersebut mempunyai relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini, semakin kecilnilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata. Demikian juga sebaliknya.Kuznets (1995) dalam penelitiannya di negara-negara maju berpendapat bahwa pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk,namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah yangkemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik.Sementara itu menurut Oshima (1992) bahwa negara-negara Asia nampaknyamengikuti kurva Kuznets dalam kesejahteraan pendapatan. Ardani (1992)mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar daerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri.

1) Distribusi ukuran
           Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterimamasing-masing orang. Distribusi pendapatan perseorangan (personaldistribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh para ekonom.Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima olehsetiap individu atau rumah tangga. Yang diperhatikan di sini adalah seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari manasumbernya, entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiahataupun warisan. Berdasarkan pendapatan tersebut, lalu dikelompokkanmenjadi lima kelompok, biasa disebut kuintil (quintiles) atau sepuluhkelompok yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat pendapatan mereka,kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok.Selanjutnya dihitung berapa % dari pendapatan nasional yang diterima olehmasing-masing kelompok, dan bertolak dari perhitungan ini mereka langsungmemperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di masyarakat atau negara yang bersangkutan.

2). Kurva Lorenz
          Sumbu horizontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam persentase kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi ataukelompok terendah (penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya meliputi20 persen dari jumlah total penduduk. Pada titik 60 terdapat 60 persenkelompok bawah, demikian seterusnya sampai pada sumbu yang paling ujungyang meliputi 100 persen atau seluruh populasi atau jumlah penduduk. Sumbuvertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir pada titik 100 persen, sehingga kedua sumbu (vertikal dan horisontal) sama panjangnya. Setiap titik yang terdapat pada garis diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya (persentase penduduk yang menerima pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi). Sebagai contoh, titik tengah garis diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang tepat didistribusikan untuk 50 persen dari jumlah penduduk.Titik yang terletak pada posisi tiga perempat garis diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang didistribusikan kepada 75 persen dari jumlah penduduk. Garis diagonal merupakan garis “pemerataan sempurna” (perfectequality) dalam distribusi ukuran pendapatan. Persentase pendapatan yangditunjukkan oleh titik-titik di sepanjang garis diagonal tersebut persis samadengan persentase penduduk penerimanya terhadap total penduduk. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total pendapatan selama,misalnya, satu tahun. Sumbu horisontal dan sumbu vertikal dibagi menjadisepuluh bagian yang sama; sumbu vertikal mewakili kelompok atau kategori(jumlah-jumlah) pendapatan, sedangkan sumbu yang horisontal melambangkankelompok-kelompok penduduk atau rumah tangga yang menerima masing-masing dari kesepuluh kelompok pendapatan tersebut. Titik A menunjukkan bahwa 10 persen kelompok terbawah (termiskin) dari total penduduk hanyamenerima 1,8 persen total pendapatan (pendapatan nasional). Titik Bmenunjukkan bahwa 20 persen kelompok terbawah yang hanya menerima 5 persen dari total pendapatan, demikian seterusnya bagi masing-masing 8kelompok lainnya. Perhatikanlah bahwa titik tengah, menunjukkan 50 persen penduduk hanya menerima 19,8 persen dari total pendapatan.

3) Indeks atau rasio gini
        Adalah suatu koefesien yang berkisar dari angka 0 sampai 1menjelaskan kadar kemertaan distribusi pendapatan nasional. Semakin kecilkoefesiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusi. Dipihak lain,koefesien yang kian besar mengisyaratkan yang kian timpang atau senjang.

4) Kriteria bank dunia
            Didasarkan pada porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tigalapisan penduduk yakni 40% penduduk berpendapatan terendah, 40% penduduk berpendapatan menengah, 20% penduduk berpendapatan tertinggi.Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan terendah menikmati dari 12% pendapatan nasional.Ketidakmerataan dianggap sedang bila 40% penduduk termiskin menikmati 12hingga 17% pendapatan nasional. Sedangkan 40% penduduk yang berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional, makaketimpangan dan kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasionaldianggap cukup merata.

C, Ketidakmerataan distribusi pendapatan
1) Ketidakmerataan pendapatan nasional
            Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapis pendapatan masyarakat dapatditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Koefesiengini itu sendiri, perlu dicatat, bukanlah merupakan indicator paling idealtentang ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapis. Namun setidak-tidaknya ia cukup memberikan gambaran mengenai kecendrungan umumdalam pola pembagian pendapatan.
2) Ketidakmerataan pendapatan spasial.
            Ketidakmerataan distribusi antarlapisan masyarakat bukan saja berlangsungsecara nasional. Akan tetapi hal itu dapat terjadi secara spasial. Di Indonesia pembagian pendapatan relative lebih merata didaerah pedesaan daripada didaerah perkotaan. Dibandingkan rasio gini antara desa dan kota untuk tahun-tahun yang sama, koefesien lebih rendah untuk daerah pedesaan.
3) Ketidakmerataan pendapatan regional
        Secara regional atau antarwilayah, berlangsung pula ketidakmerataandistribusi pendapatan antarlaisan masyarakat. Bukan hanya itu, diantarawilayah-wilayah di Indonesia bahkan terdapat ketidakmerataan tingkat pendapatan itu sendiri. Jadi dalam perspektif antarwilayah, ketidakmerataanterjadi baik dalam hal tingkat pendapatan masyarakat antar wilayah yang satudengan yang lain, maupun dalam hal distribusi pendapatan dikalangan penduduk masing-masing wilayah.
         Kemiskinan meliputi berbagai aspek. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan, sumber daya manusia, kekurangan gizi, pendidikan, pelayanan kesehatan, pendapatan per kapita yang rendah, dan minimnya investasi. Masih banyak variable kemiskinan yang melekat pada orang miskin. Dengan begitu, konsep kemiskinan perlu dikembangi karena akan sangat berpengaruh bagi program pengurangan kemiskinandi daerah berdasarkan corak dan karakteristik kemiskinan itu sendiri dan penyatuan gerak program pengurangan kemiskinan perku dilakukan, mengingat selama ini banyak ukuran-ukuran kemiskinan yang dipakai. Misalnya, Scott (1979:5) melihat kemiskinan dari sisi pendapatan rata-rata per kapita (income per capite) dan Sen (1981:22) mengkaji kemiskinan dari sudut pandang kebutuhan dasar (basic needs).
            Di Indonesia, ukuran kemiskinan yang terkenal adalah yang dibuat oleh Sayogyo (1977:10) yaitu Parameter Kemiskinan. Parameter kemiskinan tersebut yang mengukur kemiskinan. Misalnya pengonsumsi beras per kapita per tahun, yaitu di bawah 420 kg bagi daerah perkotaan dan 320 kg bagi daerah pendesaan. Perbedaan ini dapat kita ketahui karena jumlah penduduk yang berbeda di kedua tempat tersebut. Penduduk di perkotaan mempunyai kebutuhan yang relatife lebih banyak dibandingkan penduduk di pendesaan sehingga mempengaruhi pola pengeluaran.
            Selain itu, terdapat juga pandangan lain dalam melihat kemiskinan di Indonoesia, misalnya mengukur kemiskinan melalui tingkat pendapatan dan pola waktunya. Kemiskinan juga dapat diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya.Lembaga pengembangan sumber daya manusia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan hidup. Sementara itu, kemiskinan relatif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup sesuai dengan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemiskinan absolut ini umumnya disejajarkan dengan kemiskinan relatif, yang artinya adalah keadaan perbandingan antara kelompok pendapatan dalam masyarakat. Intinya membandingkan antara kolompok yang mungkin tidak miskin dengan kelompok yang relatif kaya dengan mengginakan ukuran pendapatan, keadaan ini dikenal sebagai ketimpangan distribusi pendapatan.
              Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapat antara individu yang paling kaya dengan individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan. Jika ketidakseimbangan terus terjadi antara kelompok kaya dan kaum miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.


🙏Thank you For Reading
🌺Hopefully Useful

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad